Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2016, 21:36 WIB

KOTA di lereng Gunung Fuji ini menjanjikan kedamaian dan keceriaan di musim dingin. Banyak orang berkunjung ke Fuefuki di musim semi karena pada saat itulah kota kecil ini seperti gadis bersolek. Penuh warna. Bunga mekar di mana-mana, ramai berbagai festival, dan cuaca ramah.

Tetapi, di musim dingin pun, Fuefuki menebarkan pesonanya tersendiri. Damai merayapi. Itulah kesan saya ketika bersama para agen travel diundang pemerintah Fuefuki dan Kawaguchiko lewat Japan Travel Bureau (JTB) untuk mengunjungi Fuefuki.

1) 09.23 Meluncur

Begitu tiba di Bandara Internasional Haneda, Tokyo, setelah terbang selama delapan jam, kami dijemput Anissa Dyah Setyowati, pegawai pada agen travel JTB. Kami diajak menaiki kereta cepat meluncur ke Fuefuki, salah satu kota kecil di Prefektur Yamanashi di Pulau Honshu.

Dari Haneda, butuh waktu sekitar 1,5 jam dengan kereta cepat Keikyu Line, JR Yamanote Line, dan JR Kaiji.

KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ Seni tradisional Jepang di Hotel Fujinoya Yutei.
2) 10.53 Merendam Kaki dan Tangan

Begitu tiba di Stasiun Kereta Api Isawa Onsen, hawa dingin langsung menyergap. Saat itu, suhu mencapai 9 derajat celsius. Kami berada di pelukan dingin. Anissa langsung menggiring kami ke sebuah kolam kecil untuk merendam kaki dan tangan.

Cespleng, hawa dingin itu pergi untuk sesaat ketika kaki dan tangan masuk ke dalam air hangat alami berbau belerang itu. Sayangnya tak bisa berlama-lama, hanya sekitar 10 menit. Padahal, kami butuh kehangatan.

3) 12.00 Dikagetkan Beduk

Memasuki waktu makan siang, kami mampir ke Hibiki No Sato, sebuah restoran eksotis yang memadukan kuliner dan musik. Menu andalannya adalah hoto yang terdiri atas beragam makanan, seperti tori motsu (sejenis kari ayam), juga ada sup yang demikian gurih. Sup ini tidak memakai penyedap makanan instan, tetapi rempah dan serpihan ikan katsuo, mirip ikan cakalang.

KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ Pintu masuk Restoran Hibiki No Sato, tempat kami makan siang.
Begitu menyeruput sup, tiba-tiba terdengar bunyi beduk ditabuh. Kami kaget! Ternyata inilah konsep Hibiki No Sato yang menyajikan taiko (drum Jepang) saat para tamu makan. Ini untuk memperkuat kesan para tamu agar tak mudah lupa dengan tempat tersebut.

”Musik itu kami kemas dalam odoroki (kaget), yorokobi (kebahagiaan), dan kandou (kesan emosi mendalam),” kata pemilik restoran. Kami memang terkesan, sih, terutama dengan kagetnya itu, he-he-he.

4) 13.40 Membungkus ”Mochi”

Fuefuki merupakan kota kecil dengan penduduk tak lebih dari 70.000 jiwa. Dua pertiganya bekerja di bidang pariwisata, sementara sisanya pada industri atau menjadi pegawai. Industri makanan kecil dikelola sepaket dengan wisata sehingga laku dijual.

Mereka tidak hanya menjual barang, tetapi juga pengalaman. Ini kami rasakan ketika mengunjungi pabrik makanan Kikyouya yang memproduksi mochi dan dorayaki, kue kesukaan Doraemon.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com