Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2016, 21:36 WIB

Kami melihat prosesnya lewat kaca jendela besar ketika para pekerja begitu cekatan, tetapi hati-hati, dalam membuat kue. Kami juga diajak membungkus kue-kue itu, kemudian membawanya pulang. Gratis? Tidak, setiap pengunjung membayar 220 yen.

5) 15.00 Tergoda Anggur Lokal

Kekenyalan mochi belum hilang, kami diajak masuk lorong penuh dengan tong kayu oak yang berisi anggur tua milik Mars Wine. Ada, lho, anggur yang disimpan sejak 1961, lebih tua daripada Patung Pancoran.

Anggur itu diproduksi dari anggur lokal. ”Kualitas anggur di Fuefuki termasuk yang terbaik di Jepang,” kata Director for International Tourism Relations Fuefuki Tourism Organization Koichi Kubota.

6) 16.00 Kebun Anggur

Kami lalu ke salah satu perkebunan anggur. Batang-batang tanaman anggur yang menjalar seperti akar merayapi langit. Tak ada daun tak ada buah. Tampaknya di musim dingin, anggur-anggur itu istirahat, menyimpan tenaga untuk menghasilkan buah nanti di bulan September.

KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ Warga membersihkan salju di tepi jalan di Fuefuki, Jepang.
Saat itulah digelar pesta petik anggur dan minum anggur. Tak apa tak bisa memetik anggur, yang penting bisa mencicipi wine.

7) 16.30 Menikmati Senja

Keliling kota setengah hari penuh ternyata menyisakan lelah. Apalagi suhu dingin menusuk kulit, sampai 8 derajat celsius. Kami menginap di Hotel Fujinoya Yutei. Dari jendela kamar terlihat cahaya matahari menyepuh puncak-puncak pegunungan yang mengelilingi kota kecil ini.

Menjelang malam, kami berkesempatan berdiskusi dengan para pengelola hotel ataupun tempat wisata. Mereka sangat antusias menjelaskan fasilitas di setiap tempat. Sayangnya, kebanyakan brosur mereka berbahasa Jepang dan ditulis dalam huruf Kanji. Jarang sekali yang menggunakan bahasa Inggris.

Namun, ada beberapa yang memakai bahasa Indonesia. Sebab, Indonesia menjadi pasar menarik bagi mereka. Dalam setahun, sedikitnya 35.000 orang Indonesia ke Jepang dan hanya sekitar 15 persen yang mampir ke Fuefuki.

KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ Proses pengemasan mochi di pabrik Kikyouya.
”Kami ingin lebih banyak lagi orang Indonesia ke sini,” kata Jiro Okiyama, Managing Director Fujinoya Yutei.

Selepas makan malam, kami menyempatkan diri berendam di onsen. Onsen merupakan tempat pemandian air panas tradisional Jepang, terutama Fuefuki, yang dikelilingi gunung.

Konon, onsen tidak hanya mengusir dingin ketika kota dikepung salju seperti saat itu, tetapi juga menghilangkan beragam penyakit. Tak tahu juga persisnya. Yang jelas, sehabis mandi, kami bisa tidur pulas. Bahkan ada yang sampai mendengkur.

8) 07.20 Sarapan Sinar Matahari

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com