Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panen Menurun, Festival Durian di Jogja Diganti Festival Makanan Tradisional Sompil

Kompas.com - 16/04/2016, 07:44 WIB

GUNUNG KIDUL, KOMPAS.com - Pemerintah Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menggelar festival makanan tradisional sompil pada 24 April untuk memperkenalkan makanan tradisional masyarakat setempat.

Camat Patuk Haryo Ambar Suwardi di Gunung Kidul, Rabu (13/4/2016), mengatakan festival durian sudah dilakukan sejak 2013 tidak bisa digelar tahun ini karena produksi durian petani tahun ini menurun derastis.

"Biasanya festival durian dilakukan di Dusun Ngasemayu, Salam, Patuk. Tahun ini, panen jauh menurun, jadi tidak bisa menyelenggarakan festival durian. Sebagai gantinya, kami menyelenggarakan festival makananan tradisional," kata Haryo.

Haryo mengatakan festival durian akan diganti dengan makanan tradisional Patuk yakni sompil. Festival sompil akan dilakukan pada 24 April di Desa Ngasemayu. Sompil berjumlah 1001 buah ini akan diolah masyarakat Desa Ngasemayu, dan sayur yang disajikan bahannya juga lokal.

"Kami ingin memperkenalkan makanan tradisional Patuk, agar semakin dikenal masyarakat luas," katanya.

Dengan membayar Rp 5.000, wisatawan akan diberikan seporsi sompil dicampur kuah sayuran. Nantinya juga ada kesenian tradisional masyarakat setempat untuk memeriahkan acara. Sompil merupakan makanan tradisional sejenis lontong yang disajikan dengan lauk sayur berkuah.

"Harapannya untuk menarik wisatawan di Patuk, sekaligus memperkenalkan destinasi wisata di sini, seperti Gunung Api Purba Nglanggeran, Kampung Emas Plumbungan, dan masih banyak yang lainnya," ucapnya.

Sementara itu, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Disbudpar) Gunung Kidul mengapresiasi sejumlah upaya desa untuk menarik wisatawan. Namun demikian perlu adanya penguatan sumber daya manusia.

Kepala Bidang Pengembangann Produk Wisata Disbudpar Gunung Kidul Hary Sukmono mengatakan saat ini desa wisata tersebar di seluruh wilayah Gunung Kidul. Hampir semua kecamatan memiliki desa wisata. Namun demikian, beberapa diantaranya tidak berkembang.

"Sejumlah desa wisata sempat dibuka namun sekarang mati suri. Namun secara kepengurusan masih ada," kata Hary.

Menurut dia, ada berbagai faktor yang menyebabkan desa wisata menjadi tidak berkembang, salah satunya karena pengelola salah dalam memanagemen. Euforia wisata disambut antusias oleh warga.

"Itu bagus, namun dalam menjalankan harus secara profesional juga. Tidak cukup dengan mengandalkan potensi alam saja," katanya.

Hary mengungkapkan membangun pariwisata harus sejalan membangun citra. Citra postif bisa dbangun dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Dengan kata lain jika kekayaan sudah dimiliki harus didukung dengan kearifan lokal.

"Wisata itu tidak hanya bicara bisnis namun juga mempertimbangkan aspek lain, misalnya  potensi sumber daya manusianya," katanya. (Antara/Sutarmi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com