Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersama Merawat Malioboro

Kompas.com - 22/04/2016, 14:33 WIB

Menurut Peter Carey, Jalan Malioboro dulu lebar dan megah, dengan pohon beringin tinggi dan kampung tertata rapi di sekitarnya. Sayang, Malioboro kini banyak berubah dan sangat sedikit suasana asli jalan itu yang tersisa.

Dalam tulisannya, Carey juga mengkritik upaya penataan Malioboro yang pernah beberapa kali dilakukan pemerintah.

”Kiranya, tak perlu dibayangkan pikiran apa yang ada dalam benak Mangkubumi (Sultan HB I) tentang hilangnya kenangan yang disayangkan ini, serta upaya restorasi tidak kompeten pada Jalan Malioboro yang dilakukan para wali kota dan perencana Yogyakarta yang tak memiliki imajinasi,” kata Carey.

Modal sosial

Namun, bukan berarti penataan Malioboro tak dibutuhkan. Arti penting Malioboro, baik secara kultural maupun komersial, membuat penataan kawasan itu diperlukan. Apalagi, beberapa tahun terakhir muncul keluhan soal kenyamanan Malioboro.

Pemindahan area parkir di trotoar sisi timur hanya satu bagian dari rangkaian penataan yang direncanakan Pemerintah Daerah DIY dan Pemkot Yogyakarta.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi, dan Sumber Daya Mineral DIY Rani Sjamsinarsi menjelaskan, dalam waktu dekat, pihaknya akan mulai menata trotoar sisi timur Malioboro.

Penataan antara lain berupa penggantian lantai trotoar, penggantian penunjuk untuk tunanetra, serta pemasangan perabotan jalan. Biaya untuk penataan itu berasal dari Dana Keistimewaan DIY Rp 24 miliar.

Perabotan jalan yang akan dipasang antara lain bangku jalan, tempat sampah, parkir sepeda, pembatas jalan, dan penunjuk jalan. Pemda DIY juga berencana menanam sejumlah tumbuhan di sekitar Malioboro untuk menambah keasrian kawasan.

”Sesudah penataan trotoar, tahun depan kami akan menata PKL. PKL itu merupakan salah satu ciri khas Malioboro sehingga mereka tidak akan digusur, tetapi ditata supaya rapi,” tutur Rani.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Pengguna sepeda motor hendak memarkir kendaraan di tempat khusus parkir Abu Bakar Ali di ujung utara Jalan Malioboro, Yogyakarta, Kamis (14/4/2016).
Presidium Paguyuban Kawasan Malioboro Sujarwo mengatakan, penataan Malioboro harus melibatkan para PKL. Mereka akan mendukung penataan dengan dua syarat, yakni PKL tidak direlokasi dan kerugian mereka akibat penataan bisa diminimalkan. ”Hubungan pemkot dan PKL kan sudah dekat,” katanya.

Karena Malioboro merupakan ruang bersama, tanggung jawab untuk menata dan merawat kawasan itu tidak hanya pemerintah. PKL, juru parkir, sopir becak, dan kusir andong di kawasan itu juga memiliki tanggung jawab merawat Malioboro.

Apabila upaya bersama itu bisa terwujud, kritik Peter Carey tentang upaya penataan Malioboro mungkin tak akan terulang lagi. (HARIS FIRDAUS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com