Saya pun melipir untuk mengabadikan kondisi jalan yang sedang diperbaiki dan pesepeda lain yang melintas. Namun, tak berapa lama, setumpukan tanah berkerikil berjatuhan dari atas. Terjadi longsor kecil saat pesepeda lewat.
"Pas banget aku lagi lewat, ada yang teriak 'awas'. Kaget! Ternyata di kanan ada longsor. Langsung gowes sekencang-kencangnya," kata Dewi, salah satu peserta.
Beruntung saat itu cuaca cerah dan tidak terjadi longsor besar. Selepas itu, jalur kembali aspal mulus dan semakin dekat dengan pesisir pantai. Jalan mulai landai, tetapi masih ada beberapa tanjakan hingga makan siang.
Penuh tanjakan
Rombongan Tour de Teluk Cendrawasih berhenti makan siang di pinggir pantai setelah menempuh 64 km. Waktu makan siang ini dimanfaatkan beberapa peserta untuk shalat, meluruskan kaki, hingga tidur.Di tempat makan siang ini mulai ada perkampungan penduduk.
Istirahat makan siang ini rupanya sekaligus untuk mengisi tenaga agar sanggup menjajal tanjakan demi tanjakan berikutnya sampai di finis. Sekitar pukul 13.30 WIT, saat matahari sedang terik-teriknya, kami harus berhadapan dengan tanjakan curam di kaki pegunungan kapur.
Setelah itu, dilanjut dengan tanjakan di kaki Gunung Bembab kurang lebih sepanjang 4 km. Dari kejauhan, tanjakan itu sudah terlihat menyeramkan bagi pesepeda.
"Gila ini tanjakan! Seng ada lawan!" teriak Zia, pesepeda dari Jakarta.
Ada yang lancar mengayuh sampai ke atas, ada yang berhenti di tengah tanjakan karena sudah tidak kuat, ada yang berhenti dan lanjut menuntun sepeda. Kemacetan pun terjadi di jalur menanjak.
Setelah jalur mulai landai kembali, pesepeda berhenti di SD Inpres Oransbari untuk menyaksikan pemberian sepasang sepatu kepada sejumlah siswa/siswi SD. Senyum ramah anak-anak dan masyarakat di Papua Barat menjadi pengusir lelah saat itu.
Menengok ke belakang, terdapat bentangan laut biru yang menawan. Selepas tanjakan, dilanjut dengan turunan yang cukup panjang. Sepeda melaju cepat dan kaki tak perlu mengayuh. Embusan angin sangat nikmat saat itu.
Menjelang sore, pesepeda kembali berkumpul untuk memasuki lapangan di Ransiki bersama-sama. Jalur datar hingga tiba di Ransiki sekitar pukul 17.00 WIT. Masyarakat dan anak-anak sekolah menyambut kami di lapangan. Ini adalah kali pertama datang ratusan pesepeda ke Ransiki.
Etape pertama berakhir di Polsek Ransiki yang lokasinya tak jauh dari lapangan. Tidak ada hotel, tidak ada rumah mewah, di Polsek Ransiki, kami tidur di atas velbed. Kebersamaan menjadi kemewahan yang sesungguhnya dalam perjalanan bersepeda di Papua Barat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.