Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yoseph Agus Kristian dan "Sihir" Kostum Karnaval

Kompas.com - 19/05/2016, 19:26 WIB

KARNAVAL di sejumlah negara sudah lama dipilih Pemerintah Indonesia untuk mempromosikan pariwisata. Kegiatan semacam itu melibatkan banyak penampil, salah satunya pembuat kostum karnaval, Yoseph Agus Kristian. Karyanya yang ”wah” selalu mencuri perhatian khalayak.

Yoseph Agus Kristian (51) dan rekannya, Agung Zhohabil (24), tampil menarik di sebuah panggung kecil di sudut paviliun Wonderful Indonesia pada promosi pariwisata di Putrajaya, Malaysia, pertengahan Maret 2016 lalu. Keduanya mengenakan kostum karnaval yang megah.

Kostum tersebut bertema burung cenderawasih dengan warna dominan kuning dan coklat, lengkap dengan sayapnya. Di bagian kepala, melingkar mahkota berbentuk paruh burung dengan perpaduan warna kuning, coklat, biru, hitam, hijau, dan merah. Adapun Agung Zhohabil mengenakan kostum bertema garuda wisnu kencana yang didominasi warna merah dan hitam.

Tampilan itu lebih menarik karena dibawakan sembari menari dengan gerakan antara tari Bali, Sunda, dan modern. Musik, gerak, dan pakaian megah yang mereka kenakan pun menyatu sebagai pertunjukan yang menggugah.

Aksi semacam itu tak mudah dilakoni lantaran kostum-kostum seperti ini berat, 15 kilogram sampai 25 kilogram per buah. Namun, dengan keterampilan dan latihan disiplin, Yoseph dan Agung tetap bisa bergerak dan menari-nari dengan lincah.

”Tidak semua orang bisa menggunakan kostum saya, minimal mereka harus memiliki tinggi 180 sentimeter,” ujar Yoseph seusai tampil di Putrajaya.

Aksi Yoseph dan Agung menyita perhatian pengunjung, yang sebagian besar adalah warga Malaysia. Mereka terus membidikkan kamera di telepon pintar untuk mengabadikan penampilan keduanya di paviliun berkonsep rumah khas Minangkabau itu. Begitu acara usai, para pengunjung serta-merta menyerbu mereka untuk foto bersama.

Misi Yoseph dan Agung, sebagaimana digariskan Kementerian Pariwisata RI pada ajang 8th Putrajaya International Hot Air Balloon Fiesta pada hari itu, dinilai berhasil. Ini pertama kali Indonesia ikut acara tersebut dengan tema ”Indonesia Pop of Paradise”. Yoseph mengaku puas dengan penampilannya, terutama atas sambutan publik.

Ke sejumlah negara

Ini untuk kesekian kali Yoseph tampil berbalut kostum karnaval dalam ajang pameran atau promosi pariwisata oleh Kementerian Pariwisata RI di luar negeri. Sejumlah negara sudah ia singgahi untuk urusan karnaval dalam dua tahun terakhir.

Selama 2016 saja, ada undangan untuk tampil di enam negara, yakni Taiwan, Malaysia, Singapura, Jerman, Korea Selatan, dan Selandia Baru. Sebelumnya, tahun 2015, dia ke Brunei, India, Malaysia, Tiongkok, dan Hongkong. Di setiap negara itu, dia berusaha menampilkan kostum yang menarik.

Saat dua kali ke Singapura, misalnya, dia membawa kostum permata dewa, garuda putih, garuda wisnu kencana, cenderawasih, dan merak.

Untuk acara di Selandia Baru, dia mengenakan pakaian merak dan garuda putih. Di Korea Selatan, dia membawa kostum permata dewa dan garuda putih. Saat di Jerman, dia mengenakan baju gajah oling dan teratai.

Karena tidak bisa mendatangi semua tempat, kadang Yoseph mewakilkan kepada anggota Sanggar Tari Amor yang diasuhnya untuk menghadiri kegiatan tersebut.

Kreativitas membuat kostum terus mengalir dari diri Yoseph. Sejauh ini, sudah ada sembilan kostum dengan tema bervariasi yang telah ia buat dengan bahan matras dan spoonbun. Tiga di antaranya menjuarai Malang Flower Carnival tahun 2014 dan 2015.

Kedua bahan ini dipilih karena pertimbangan lebih ringan, fleksibel, dan memiliki warna bagus. Untuk memperkuat struktur rangka dan sayap, digunakan material seperti bambu, lidi aren, dan besi.

Meski fleksibel dan bisa dikemas di dalam tas, akibat ukurannya yang cukup besar inilah, Yoseph terkadang harus menjelaskan secara rinci kepada petugas di konter chek in bandara saat berangkat ke luar negeri.

Tidak jarang ia harus membongkar dan mengemas ulang isi tasnya. Maklum, kostum itu harus dibawa menggunakan tas khusus mirip wadah papan selancar. Jika penanganannya tidak benar, bisa berpotensi rusak di perjalanan, yang bakal berimbas pada penampilannya nanti.

Yoseph pun mengaku tak memerlukan referensi dan ilmu khusus untuk membuat semua itu. Model yang ia buat berdasarkan imajinasi sendiri, tidak berkaitan dengan tema acara atau tokoh tertentu. Kostum-kostum itu dibuat dengan biaya swadaya. Satu kostum bisa menghabiskan dana hingga Rp 5 juta.

Dari tata rias

Sebelum bergelut di dunia karnaval, Yoseph banyak beraktivitas di bidang tata rias wajah. Selain itu, dia juga senang menari. Dia biasa membawakan tari klasik atau tradisional di acara pernikahan, seminar, workshop, hingga program pemerintah daerah.

Yoseph pernah belajar di Yogyakarta, di Sanggar Bagong Kussudiardja (1986-1987). Aneka jenis tari dia selami, mulai dari tari Bali (tari margapati, pendet, gebyar, dan baris), Jawa Timur (remo, jejer gandrung, dan topeng), Jawa Tengah (gambyong, golek, gambir anom, dan klonorojo), hingga Jawa Barat (jaipong, punggawa, dan keris cirebon). Ada juga gantar dari Kalimantan serta serampang 12 dan saman dari Sumatera.

Tahun 1989, ia pulang ke Malang. Bukan menari, dia malah menekuni tata rias. Ia bahkan bergabung dengan grup wayang orang Ang Hien Ho Malang. Kegiatan menari pun sempat berhenti sekitar 10 tahun. Sejak tahun 2000, dia kembali menari.

Lalu, bagaimana Yoseph terlibat dalam karnaval? Awalnya ia hanya membantu teman asal Banyuwangi, Jawa Timur, yang sering mengikuti karnaval di daerah setempat dan Jember. Dia belajar cara memotong dan menempel motif penghias kostum yang melebihi badan si pemakai.

Yoseph lantas mencoba membuat kostum yang kemudian dikenakannya sendiri dalam ajang Malang Flower Carnival di Malang, Jawa Timur, tahun 2014. Ternyata, dia terpilih sebagai pemenang. Hadiahnya cukup menarik, yakni jalan-jalan ke Tiongkok.

Saat berada di Negeri Tirai Bambu itu, ia bertemu dengan pejabat Kementerian Pariwisata RI yang menawari dia untuk bergabung dalam program promosi Indonesia.

”Katanya (pejabat itu), saya bagus dan all out. Kenapa selama ini (saya) tidak pernah diajak ke event promosi,” ujar Yoseph, menirukan kalimat sang pejabat.

Dari situlah, Yoseph lantas terlibat dalam sejumlah karnaval, termasuk di mancanegara. Pencapaian ini mendorong dia terus berkreasi. Dia juga peduli pada kaderisasi. Dia sering mengajak anggota sanggar yang kini berjumlah 16 orang—sebagian besar dari Universitas Negeri Malang—untuk ikut membantu.

”Selama ini saya belum menularkan ilmu bikin kostum. Tapi, saya sering ngajak dancer saya untuk ikut nempel manik-manik. Dengan begitu, mereka bisa belajar sendiri. Siapa tahu mereka bisa lebih besar dari saya nantinya,” ucapnya. (DEFRI WERDIONO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com