Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semah Rantau, Tradisi Menjaga Kampung

Kompas.com - 24/05/2016, 20:16 WIB

Kepala dan hati kerbau tidak dibagikan. Kepala dikuliti dan diambil bagian dagingnya sehingga tinggal tulang tengkorak dan tanduk utuh. Bagian kepala dan hati dipersiapkan khusus untuk acara puncak besok.

Pada Jumat malam, di lapangan sekolah dasar, satu-satunya sekolah di desa itu, diselenggarakan acara seni. Penonton penuh sesak. Beberapa warga desa juga tetangga ikut ambil peran dalam acara lomba gondang oguang batimang (tradisi ibu-ibu menuturkan kalimat nasihat kepada anak yang ditimang sambil diiringi gendang). Tradisi itu hampir punah.

Pada Sabtu (7/5/2016) pagi yang merupakan acara puncak, kesibukan warga terlihat semakin tinggi. Para ketua suku memakai pakaian kebesaran, sementara anak dan kemanakan (warga adat) memakai pakaian terbaik.

Bunyi tabuhan talempong, alat musik pukul asal Minangkabau yang terbuat dari logam berbentuk bundar dengan benjolan di bagian atas, seperti bonang pada gamelan, terdengar bertalu-talu.

Di tepian sungai, puluhan orang menghias lima perahu yang melambangkan lima suku penghuni desa, yakni Suku Domo Bukik, Domo Bauwah, Chaniago, Melayu, dan Patopang, dengan ornamen rumah kecil seperti bagonjong (rumah adat Minangkabau).

Sekitar pukul 10.00 WIB, para ninik mamak bergerak menuju perkuburan desa di atas bukit, diiringi musik talempong yang dibawakan ibu-ibu. Acara pagi itu adalah ziarah di dua kuburan nenek moyang. Doa-doa dipanjatkan. Di kuburan kedua yang letaknya lebih tinggi, sesembahan hati kerbau diletakkan di sisi luar kuburan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com