Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyemai Asa di Pesisir Malang

Kompas.com - 02/06/2016, 20:03 WIB

Buah jatuh tak jauh dari pohon. Ungkapan yang tampaknya pas untuk Lia Putrinda Anggawa Mukti, putri Saptoyo, yang ikut ‘terjangkit virus konservasi’. Bersama lima warga Sendang Biru yang konsisten melakukan konservasi, lahirlah Bhakti Alam.

Kelompok masyarakat ini semakin besar seiring waktu berjalan. Bahkan kawasan Clungup dan beberapa pantai di pesisir Malang Selatan, menjadi kawasan yang dikelola Bhakti Alam untuk konservasi.

Perjuangan Bhakti Alam melalui jalan terjal terutama pada awal aktifitasnya. Pernah mendapat apresiasi dari kepala daerah, ternyata tidak menjadikan kegiatan dan aktifitas Bhakti Alam berjalan mulus.

Alih-alih membangun kesadaran dengan menerapkan pembelian bibit bagi para pengunjung untuk ikut menanam mangrove, Saptoyo bersama dua anggota Bhakti Alam justru ditangkap aparat dengan tuduhan masuk kawasan perlindungan tanpa izin.

Padahal perlakuan atau model konservasi yang coba diterapakan di Clungup Mangrove Conservation, yang diawali dengan pemberian bibit gratis malah tidak ada kesungguhan dari para pengunjung yang menanam.

Bibit pun mati sia-sia karena asal menanam. Ketika penerapan model penanaman mangrove ini dikenakan biaya yang dimulai dari seribu rupiah hingga terakhir di angka enam ribu rupiah, lagi-lagi menjadi tuduhan baru.

Saptoyo dan pengelola Clungup Mangrove Conservation dituduh memperkaya diri. Kenyataannya, dari penanaman biji untuk pembibitan hingga siap untuk ditanam bukan tanpa pembiayaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com