Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taebaek, Destinasi Wisata Baru ala Korea

Kompas.com - 16/06/2016, 05:21 WIB

SEUSAI film drama romantis ”Winter Sonata” yang menampilkan daerah Nami, Pemerintah Korea Selatan kian serius mendorong populernya destinasi wisata baru.

Kali ini, film drama romantis di tengah misi pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam judul ”Descendants of the Sun” menjadi inspirasi untuk mengubah total persepsi lokasi pertambangan batubara menjadi tujuan wisata baru di Korea.

Film ini mengangkat kisah romantis Kapten Yoo Shi-jin (Song Joong-ki) sebagai kepala pasukan penjaga perdamaian PBB yang berjumpa dengan seorang dokter, Kang Mo-yeon (Song Hye-kyo). Film karya Lee Eung-bok dengan penulis narasi Kim Eung-sook dan Kim Won-suk ini ditayangkan pada 24 Februari-14 April 2016 di stasiun televisi KBS2 (Korea).

Para penggemar aktor muda Song Joong-ki dan Song Hye-kyo tak hanya dapat melihat lokasi pengambilan gambar yang selama ini dirahasiakan, tetapi juga melihat museum geologi dan museum tambang batubara.

Tak ketinggalan tiga terowongan historis yang menyingkap rasa takjub akan kekayaan alam, kepedihan bangsa di masa penjajahan Jepang, dan kejayaan Korea. Kekayaan alam berupa terowongan yang terbentuk akibat gerakan geologi ini tidak hanya bertutur tentang keindahan, tetapi juga menandai histori masa penjajahan.

”Bagi orang Korea, terowongan kedua yang seperti terlihat berjajar itu juga menjadikan lambang kesedihan. Zaman penjajahan Jepang, terowongan kedua dibangun Jepang untuk mengeruk batubara kami,” kata pemandu wisata, Jina Lee, menirukan penjelasan komentator historis Korea, Gu Mi.

Sementara terowongan ketiga menjadi histori kejayaan Korea di masa kemerdekaan. Lalu lalang kendaraan menjadi wajah pembangunan negara itu. Kisah sejarah bebatuan itu tergambar di Taebaek Paleozoic Museum.

Penat menempuh perjalanan darat menembus perbukitan dari Busan menuju tanah lapang Hanbo Mine sekitar lima jam, Senin (30/5/2016) siang, sedikit terhapus begitu melihat tiga gambar besar film tersebut.

Salah satunya adalah gambar Song Joong-ki bersama Song Hye-kyo yang dipasang di dekat sisa bangunan runtuh. Berkunjung ke lokasi ini ibarat mengejar cinta di Bukit Taebaek.

Suhu panas 32 derajat celsius diwarnai embusan angin nan segar di bukit pertambangan Taebaek. Gedung memanjang yang tak lagi utuh, tiang-tiang penyangga tak beratap, serta terowongan pertambangan batubara dan jalur rel kereta api masih tersisa di atas bukit sunyi itu.

Tiga kontainer berjajar rapi dan terbuka. Di salah satunya terdapat seragam tentara Korea berwarna krem persis seperti yang dikenakan Song Joong-ki dan baju dokter berwarna putih seperti yang dikenakan Song Hye-kyo.

Jina Lee dengan ramah menjelaskan lokasi pengambilan gambar yang sangat ”dirahasiakan” kepada Kompas dan sejumlah biro perjalanan dari Indonesia yang dikoordinasi Korea Tourism Organization.

Dari kisah romantis ala Korea, perbukitan Taebaek yang selama ini dikenal sebagai kawasan pertambangan batubara akan digarap serius Pemerintah sebagai destinasi wisata alam.

”Akhir Juni, Pemerintah Korea akan membangun kembali bangunan menyerupai gambaran di film Descendants of the Sun. Targetnya, bulan Juli selesai dibangun dan siap menanti kedatangan wisatawan di musim dingin mendatang. Biasanya wisatawan datang ke daerah ini untuk berlibur, main ski,” kata Jina.

Napak tilas ini juga bakal membeberkan, antara lain, tempat menginap sang aktor di Samcheong Art Mine yang didirikan Min Seok-kim. Rupanya sang sutradara memilih lokasi yang merupakan bagian dari sebuah hotel butik ini tidak lain juga untuk menggambarkan pertemuan kedua insan serta lokasi penyekapan Song Hye-kyo di lantai dua.

Gudang belakang hotel yang dipertahankan orisinalitasnya sebagai bekas pertambangan batubara, terowongan yang dilengkapi rel bekas lintasan kereta tambang batubara, serta stasiun kecil yang kini penuh debu pun dimanfaatkan optimal oleh sang sutradara.

KOMPAS/STEFANUS OSA TRIYATNA Terowongan di perbukitan Taebaek menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Terowongan bersejarah ini menyingkap masa sulit Korea ketika berada dalam masa penjajahan Jepang.
Ini semua bakal menjadi lokasi napak tilas wisatawan yang fanatik atau sekadar ingin mencari tahu lokasi pengambilan gambar film itu.

Lokasi ini juga digunakan untuk pengambilan gambar berbagai pertunjukan televisi dan film, seperti Running Man, film The Spy, serta pemotretan merek Boy London dan kelompok musik perempuan.

Di sisi lain, penambangan batubara di Bukit Taebaek ini tetap memiliki kisah tersendiri. Di depan stasiun tambang batubara Cheoram di Taebaek, misalnya, dibangun sebuah museum kecil.

Diorama kisah pekerja tambang dilengkapi foto-foto kesibukan aktivitas penambangan dan sentuhan suara alami yang menggambarkan terowongan pertambangan juga dapat dinikmati. Tertulis pula nama sejumlah pekerja yang tewas dalam aktivitas penambangan.

Namun, jangan membayangkan bentuk museum besar seperti pada umumnya karena bagian depan museum tambang ini hanya mirip rumah toko (ruko) di dekat restoran dan toko kecil.

Becermin pada Korea, belakangan ini film Indonesia Ada Apa dengan Cinta? 2 pun menjadi inspirasi untuk wisata napak tilas kisah cinta dan kekerabatan.

Yogyakarta menjadi kota tujuan walaupun napak tilas itu dihasilkan dari tokoh-tokoh yang terlibat dalam film itu secara langsung tanpa campur tangan pemerintah. (STEFANUS OSA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com