Gelak tawa kami terdengar jelas seakan mampu membangunkan tebing-tebing itu dari tidurnya. Mengunjungi dataran tinggi seperti Toraja, wisata alam Limbong bagaikan oase di tengah padang pasir. Tak banyak kawasan wisata di Toraja yang menawarkan wisata kolam alam.
“Ulat bulu!" seruku tiba-tiba. Teriakan kecil dari mulutku adalah gabungan rasa kaget dan sebagai peringatan bagi yang lain agar menjauhi besi pembatas tempat ulat bulu itu melenggak-lenggok.
Tak hanya satu tetapi di sini juga ternyata tempat ulat bulu berkoloni. Saya melangkah hati-hati dan menjaga jarak dengan besi pembatas agar tidak menyentuh binatang berbulu itu.
Dengan perasaan was-was saya melihat ke arah kolam. Sebuah sampan di pinggiran menanti pengunjung sambil menahan beban air yang penuh hingga ke mulutnya. Hampir tenggelam.
Limbong berarti sumber air yang tertampung dalam bahasa Toraja. Konon di musim kemarau pun kolam Limbong tidak pernah mengalami kekeringan, bahkan di musim penghujan kolam Limbong mengalirkan airnya ke sawah-sawah.
Limbong juga dikenal dalam seni ukir orang Toraja: Pa’ Limbongan. Diambil dari nama Ne’ Limbongan, konon merupakan pencipta awal mula ukiran Toraja.
Suku Batak yang diyakini kuat masih satu rumpun dengan suku Toraja pun mempunyai kata Limbong dalam sejarahnya. Limbong Mulana, cucu Raja Batak. Berkunjung ke sana, desa bernama Limbong dapat ditemukan. Berlayar ke Melaka, Kampung Limbongan ada di sana.
Suara alam dengan jelas terdengar dalam kesunyian di Limbong. Burung-burung bersahutan, saling tukar pantun dalam bahasa yang tidak dapat dimengerti. Pepohonan seirama arah angin sepoi-sepoi, sesekali kencang menghantam dedaunan yang terjun bebas menuju kolam.
Sepasang capung bersayap merah terbang gesit, bebas, sambil sesekali menukik tajam ke arah kolam. Beberapa ekor penghuni kolam, bersirip gelap tidak segan menampakkan dirinya ke permukaan kolam, namun ada juga yang terlihat malu dan bersembunyi di antara bebatuan.
Hidup mereka jelas jauh lebih beruntung di sini, boleh beranak pinak dan konon ada yang sampai tua. Tak seperti ikan mas pada umumnya yang harus mengisi perut kelaparan di warung khas makanan Toraja.