DARWIN, KOMPAS.com - Jam menunjukkan pukul 07.00 waktu setempat, dua setengah jam lebih cepat dari waktu di Jakarta. Bau khas laut menyeruak dan udara hangat menyergap sesaat setelah keluar dari Bandara Internasional Darwin.
Sinar matahari di Darwin pagi itu mengingatkan pada Bali. Masih untung ada angin sejuk yang berembus.
Sebelum keluar bandara tadi, para penumpang bisa berfoto gratis di booth khusus bertuliskan "I’m Doin Darwin". Mereka yang mau berfoto harus melompat. Nanti, dalam foto yang dihasilkan, ekspresi seseorang sedang melompat akan bersanding dengan gambar buaya yang juga sedang melompat sambil menganga.
Saat ini, diperkirakan ada sekitar 100.000 ekor buaya di Northern Territory yang hidup liar. Populasinya meningkat sejak diberlakukannya UU Perlindungan Buaya pada tahun 1971.
Oleh karena itu, insiden serangan buaya, baik terhadap warga setempat maupun turis, kerap terjadi. Apalagi, banyak warga yang tinggal di tepi sungai. Warga diminta waspada setiap air sungai naik dan lebih banyak petugas satwa liar disiagakan.
Darwin adalah ibu kota Northern Territory. Di kota seluas 112 kilometer persegi ini, pelayanan publik untuk area Northern Territory dipusatkan.
Apa yang tiba-tiba teringat mendengar kata “Darwin”?
Ya, kota ini dinamakan Darwin untuk menghormati Charles Darwin, ilmuwan yang mengemukakan teori evolusi , dan pernah mendarat di kota tersebut. Namanya juga kemudian diabadikan menjadi nama universitas di Darwin, Charles Darwin University.
Berbeda dengan sejumlah kota di negara bagian lainnya, seperti Melbourne atau Sydney, suhu Darwin cenderung panas. Suasananya sepi. Toko-toko biasanya sudah mulai tutup sekitar jam 18.00-19.00 waktu setempat. Setelah itu, kehidupan malam dimulai.
Meski demikian, Darwin harus tetap menjadi pilihan yang masuk dalam daftar kunjungan jika berniat menjelajah benua Australia. Tak sampai 3 jam dari Denpasar, Bali, atau sekitar 4 jam dari Jakarta.
Berikut ini lima tempat yang harus Anda kunjungi jika sedang berada di Darwin:
1. Stokes Hill Wharf
Di salah satu dermaga, ada sepetak tembok dengan mural yang menggambarkan peristiwa pengeboman di dermaga ini dalam rangkaian penyerangan tentara Jepang ke Darwin. Sebanyak 23 pekerja dan 48 pelaut tewas dalam peristiwa itu. Setiap tanggal 19 Februari, keluarga dan rekan-rekan berkumpul di dermaga ini untuk mengenang para korban.