Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk Coba "Working and Holiday Visa", Kerja dan Liburan Selama Setahun di Australia

Kompas.com - 07/08/2016, 12:55 WIB
Caroline Damanik

Penulis

Dari pekerjaan itu, dia hanya mendapatkan uang saku sekitar 150 dollar Australia per minggu. Tak terlalu besar, menurut dia, karena fasilitas lain, seperti akomodasi, sudah disediakan gratis. Tak jarang dia juga diberi akses untuk menggunakan wifi hingga mengemudi mobil majikannya untuk mengantar anaknya.

Tiga bulan kemudian, dia pindah kerja ke sebuah pertanian sandalwood lalu pada bulan September, dia pindah ke Darwin dan bekerja dalam bidang housekeeping.

“Bersih-bersih kamar. Capek sih, cuma asyik juga. Terus aku  pindah ke dapur restoran di tempat yang sama. Itu September akhir sampai Maret 2015,” ungkapnya.

Sasha mengaku memilih Northern Territory sebagai tempat untuk menghabiskan waktu lebih banyak selama periode working and holiday visa berlaku karena uang yang didapat lebih banyak.

“Nah jadi kalau di Australia, ada pemetaan gaji. Di daerah bagian selatan (Melbourne, Sydney dan sekitarnya) dia buat rendah tarifnya. Kalau di Melbourne, kerja di restoran itu cuma 11-12 dollar Australia per jam. Di sini (Darwin), minimal 18 dollar Australia. Kalau gue, 23 dollar Australia per jam yang di dapur dan housekeeping, kalau yang pertanian 21 dollar Australia per jam. Satu hari kerjanya 10 jam. Lumayan banget buat nabung. Kalau sabtu kerja, ada tambahan bayaran 75 persen, kalau Minggu kerja, tambahannya 100 persen,” tuturnya.

“Kehidupan memang lebih enak di down (selatan), tetapi pengalaman lebih mahal di sini. Apalagi di selatan hiburan itu banyak banget. jadi menghabiskan uang banyak banget. Di sini (Darwin), jam 6 aja udah sepi,” sambung Sasha sambil tertawa.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Darwin, Andre Omer Siregar, di rumah dinasnya di Darwin, Northern Territory, Australia.
Ketika digaji, lanjut Sasha, mereka juga harus tetap membayar pajak kepada pemerintah Australia sesuai dengan besarnya pendapatan. Saat dia menerima pendapatan sekitar 37.000 dollar Australia selama setahun, total pajaknya adalah 30 persen dari total gaji atau sekitar 11.000 dollar Australia.

“(Pajaknya) gede tapi bisa diklaim (di akhir). Jadi terakhir (saat hendak pulang ke Indonesia), aku itu bisa ambil total duitku yang diambil pemerintah itu 11.000 dollar Australia, tetapi yang aku bayarkan ke pemerintah itu cuma 6.000 dollar Australia. Sisanya kembali ke aku,” tambahnya.

Dari hasil bekerja itulah, dia juga bisa jalan-jalan ke sejumlah tempat di Australia dan menabung. Uang hasil tabungannya ini lalu digunakannya untuk kembali ke Australia dan kuliah di Charles Darwin University hingga saat ini.

Keputusan ini diambilnya saat pulang ke Indonesia setelah setahun bekerja dan berlibur di Australia. Saat itu, dia merasa stres dengan kehidupan di Jakarta yang terlalu sibuk dan ramai.

Saat ini, gadis yang baru saja terpilih sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia perwakilan Northern Territory periode 2016-2017 ini masih menanti beasiswa dari kampusnya.

Selain belajar mandiri hingga bisa menabung, Sasha mengaku ada banyak manfaat lain yang diperolehnya melalui working and holiday visa.

“Dulu pas pertama kali datang ke sini, bahasa Inggris aku ya ampun kacau banget deh. Malah di awal komunikasi dengan orang di sini pakai body language. Nekat aja datang ke sini karena aku mikir kalau habiskan uang lagi di indonesia untuk les bahasa Inggris, paling meningkatnya berapa. Harganya juga mahal banget. Paling bener ya belajar dari native speaker, ya udah aku berangkat aja langsung ke sini,” tuturnya.

“Manfaat lainnya, aku punya waktu sendiri. Lebih paham aku maunya apa, tujuannya apa, aku sukanya apa, itu terbuka di sini,” tambahnya kemudian.

Sasha mengaku, belum memiliki keinginan pulang ke Indonesia, namun dia berharap suatu saat bisa membuka bisnis di Tanah Air. Saat ini, dia sudah merintisnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com