Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk Coba "Working and Holiday Visa", Kerja dan Liburan Selama Setahun di Australia

Kompas.com - 07/08/2016, 12:55 WIB
Caroline Damanik

Penulis

“Bisnisnya, kami fokus bantuin small medium entreprise. Jadi mereka butuhnya apa dari Jakarta, kami support dari sini, infonya apa. Misalnya mau bikin kue di Papua, mereka butuh info mesin destilasi buat bikin minyak ini, kami yang support. Seperti konsultan karena (akses informasi) mereka bener-bener tertutup di sana,” ujarnya.

Sasha berharap, para generasi muda Indonesia yang ingin menambah wawasan dan pengalaman mengenai kehidupan bisa mencoba mengajukan permohonan visa ini. Sasha menyarankan cobalah mulai di Darwin karena tarif gajinya lebih tinggi dan yang paling penting, suasana alamnya tidak jauh berbeda dengan Indonesia.

Kuota tak terpenuhi

KOMPAS.com/Caroline Damanik Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema (kanan) dan istri, Nino Nadjib Riphat, di kediamannya di Canberra, awal Juni 2016.
Konsulat Jenderal RI di Darwin, Andre Omer Siregar, menilai bahwa program ini sangat berguna untuk meningkatkan kualitas sumber daya generasi muda Indonesia sehingga dia ingin lebih banyak pemuda Indonesia yang terlibat. Menurut Andre, saat ini, konsulat fokus menjaring anak-anak muda dari Indonesia timur, seperti Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

"Keadaan alam di Northern Territory ini kan hampir sama dengan Indonesia wilayah timur sehingga para pemuda itu nantinya bisa mendapatkan pengetahuan baru di bidang perkebunan, pertanian dan peternakan dari sini," tutur Andre saat ditemui di rumah dinasnya di Darwin.

Dia juga mengatakan bahwa kuota 1.000 orang yang ditetapkan setiap tahun kerap tak terpenuhi.

Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema mengatakan, kuota kerap tak perpenuhi karena syarat jumlah rupiah yang harus mengendap di tabungan sebelum berangkat.

“Pada kenyataannya, untuk Indonesia ini masih agak mahal karena mereka harus deposit Rp 50 juta dan kemudian harga visanya itu mahal, makanya 1.000 kuota itu masih selalu belum tercapai. Tahun lalu (2015) hanya 500 orang. Karena working and holiday visa  itu kan sebenarnya untuk kalangan menengah ke bawah, jarang yang sanggup naruh Rp 50 juta untuk depositnya,” ungkapnya saat ditemui di Canberra, awal Juni 2016.

Saat ini, lanjut Nadjib, KBRI sedang melakukan lobi kepada pemerintah Australia agar menurunkan jumlah minimal dana di tabungan sebagai syarat untuk mengajukan permohonan working and holiday visa.

 

KOMPAS.com/Caroline Damanik Salah satu perkebunan anggur di Victoria, Australia.

(Tulisan ini merupakan bagian dari program "Jelajah Australia 2016". Kompas.com telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia Plus. Di luar tulisan ini, masih ada artikel menarik lainnya yang telah disiapkan terbit pada Juli hingga akhir Agustus 2016. Anda bisa mengikuti artikel lainnya di Topik Pilihan "Jelajah Australia 2016".)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com