“Bisnisnya, kami fokus bantuin small medium entreprise. Jadi mereka butuhnya apa dari Jakarta, kami support dari sini, infonya apa. Misalnya mau bikin kue di Papua, mereka butuh info mesin destilasi buat bikin minyak ini, kami yang support. Seperti konsultan karena (akses informasi) mereka bener-bener tertutup di sana,” ujarnya.
Sasha berharap, para generasi muda Indonesia yang ingin menambah wawasan dan pengalaman mengenai kehidupan bisa mencoba mengajukan permohonan visa ini. Sasha menyarankan cobalah mulai di Darwin karena tarif gajinya lebih tinggi dan yang paling penting, suasana alamnya tidak jauh berbeda dengan Indonesia.
Kuota tak terpenuhi
"Keadaan alam di Northern Territory ini kan hampir sama dengan Indonesia wilayah timur sehingga para pemuda itu nantinya bisa mendapatkan pengetahuan baru di bidang perkebunan, pertanian dan peternakan dari sini," tutur Andre saat ditemui di rumah dinasnya di Darwin.
Dia juga mengatakan bahwa kuota 1.000 orang yang ditetapkan setiap tahun kerap tak terpenuhi.
Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema mengatakan, kuota kerap tak perpenuhi karena syarat jumlah rupiah yang harus mengendap di tabungan sebelum berangkat.
“Pada kenyataannya, untuk Indonesia ini masih agak mahal karena mereka harus deposit Rp 50 juta dan kemudian harga visanya itu mahal, makanya 1.000 kuota itu masih selalu belum tercapai. Tahun lalu (2015) hanya 500 orang. Karena working and holiday visa itu kan sebenarnya untuk kalangan menengah ke bawah, jarang yang sanggup naruh Rp 50 juta untuk depositnya,” ungkapnya saat ditemui di Canberra, awal Juni 2016.
Saat ini, lanjut Nadjib, KBRI sedang melakukan lobi kepada pemerintah Australia agar menurunkan jumlah minimal dana di tabungan sebagai syarat untuk mengajukan permohonan working and holiday visa.
(Tulisan ini merupakan bagian dari program "Jelajah Australia 2016". Kompas.com telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia Plus. Di luar tulisan ini, masih ada artikel menarik lainnya yang telah disiapkan terbit pada Juli hingga akhir Agustus 2016. Anda bisa mengikuti artikel lainnya di Topik Pilihan "Jelajah Australia 2016".)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.