Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bedolob, Pengadilan Tuhan Suku Dayak Agabag

Kompas.com - 28/08/2016, 21:16 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Di tengah kepercayaan terhadap kekuatan roh nenek moyangnya, Suku Dayak Agabak di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara memiliki tradisi unik dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di antara mereka.

Suku Dayak yang mendiami wilayah perbatasan ini memiliki tradisi Bedolob. Bedolob adalah sebuah tradisi pengadilan Tuhan di Suku Dayak Agabak yang masih dipelihara hingga saat ini. Bedolob merupakan langkah terakhir yang diambil untuk penyelesaian sengketa yang terjadi di antara sesama warga dayak Agabak jika penyelesaian secara musyawarah adat tidak menghasilkan solusi bagi kedua belah pihak.

“Bedolob itu adalah hakim tertingginya Dayak Agabag ketika ada persoalan yang tidak bisa diurus secara kekeluargaan atau adat,” ujar Baji Misak, salah satu tokoh muda Suku Dayak Adabag.

Tingginya sanksi sosial serta efek psikologis dalam tradisi Bedolob membuat warga Dayak Agabag tidak gegabah menyelesaikan sebuah permasalahan dengan tradisi tersebut. Kasus yang biasanya diselesaikan dengan tradisi Bedolob beragam, dari kasus pencurian, perselingkuhan, sengketa tanah, hingga pembunuhan.

Biasanya tetua adat akan berusaha menyelesaikan perselisihan di antara warganya dengan cara musyawarah secara kekeluargaan maupun secara adat. Karena untuk menggelar ritual Bedolob, selain membutuhkan biaya besar untuk menyediakan tebusan bagi yang kalah dalam pelaksanaan ritual.

Kedua belah pihak harus menyediakan tebusan yang biasanya berupa guci kuno yang harganya puluhan hingga ratusan juta rupiah atau berupa hewan ternak seperti babi sesuai dengan kesepakatan sebelum ritual dimulai.

"Bagi yang kalah dalam Bedolob ya harus menanggung konsekuensi, membayar tebusan yang telah disepakati,” katanya.

Untuk menggelar upacara Bedolob merupakan hak prerogatif dari tetua adat. Berhasil tidaknya pelaksanaan Bedolob sangat bergantung kepada tetua adat.

Untuk menggelar Bedolob selain membutuhkan tempat pelaksanaan yang mengharuskan di sebuah sungai, tetua adat juga harus mempersiapkan persyaratan seperti kayu rambutan hutan atau kalambuku sebagai penanda lokasi pelaku Bedolob serta persyaratan upacara pemanggilan roh leluhur.

Untuk pemanggilan roh leluhur dibutuhkan upacara serta peralatan seperti beras kuning, jantung pisang, kain kuning, kain merah dan pohon kalambuku. Dalam upacara pemanggilan roh, semua roh nenek moyang dari darat, dari laut dipanggil untuk menyaksikan jalannya prosesi Bedolob.

Tetapi inti dari upacara pemanggilan roh adalah kita minta izin kepada Tuhan untuk mengadili keduanya. "Upacara pemanggilan roh dengan cara jantung pisang dipukul-pukul ke tanah sekitar 5 menit. Setelah dirasa leluhur kita sudah hadir,” kata Bajik Misak.

Setelah upacara ritual pemanggilan roh, kedua belah pihak yang bersengketa kemudian dipersilakan masuk ke sungai sebagai arena upacara. Di sungai tersebut tetua adat telah menancapkan 2 buah kayu kalambuku dengan kedalaman sekitar sepinggang orang dewasa.

Dua tajak dari kayu rambutan hutan tersebut selain sebagai penanda arena upacara juga sebagai penanda tempat kedua warga yang bertikai untuk melakukan penyelaman. Dalam tradisi Bedolob diyakini bahwa orang yang tidak bersalah selama menyelam dalam air akan bernafas seperti biasanya mereka di darat. Mereka tidak akan mengalami kesulitan bernafas.

Sementara bagi yang bersalah, dipercaya mereka akan mendapat gangguan dari binatang air maupun dari roh-roh leluhur mereka. Bisanya orang yang bersalah bisa mengalami pendarahan dari telinga dan hidung jika nekat bertahan didalam air. Bahkan bila fatal bisa mengakibatkan kematian.

“Yang tidak bersalah bahkan sampai lama berada di dalam sungai kalau tidak diambil,” ujar Bajik Misak.

Sebagai tokoh muda, Baji Misak mengaku generasi muda Dayak Agabak akan terus memelihara tradisi Bedolob sebagai upacara pengadilan Tuhan yang mereka warisi dari leluhur mereka.

Warga Dayak Agabak meyakini, pengadilan di upacara Bedolob merupakan pengadilan Tuhan yang paling adil karena selain disaksikan oleh leluhur mereka, pengadilan tersebut merupakan pengadilan dari sang penguasa alam raya. "Tradisi ini akan kami jaga dan kami pastikan tidak akan pernah hilang,” kata Baji Misak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com