MUNGKIN 10 tahun lalu banyak orang hanya bisa bermimpi untuk berlibur ke Bali karena mahalnya biaya. Mereka harus mengeluarkan uang cukup banyak untuk bisa mengunjungi ”pulau surga” itu.
Namun, kini, dengan modal Rp 2 juta, Anda bisa berwisata ke Bali, menginap selama dua hari, dan mengunjungi sejumlah obyek wisata. Biaya bisa semakin murah jika berangkat berombongan dan pandai mengatur perjalanan.
Rini (39), ibu empat anak asal Jakarta, misalnya, penasaran ingin tamasya ke Bali. Ia tergiur oleh cerita rekannya yang hanya bermodal Rp 2 juta bisa berlibur ke Bali tiga hari dua malam bersama teman-teman. Ia pun segera merencanakan perjalanannya dengan matang.
Sekitar sebulan sebelum keberangkatan, Rini bersama kawan-kawannya berencana mencari tiket pesawat promo, penginapan murah yang nyaman dan aman untuk enam orang, hingga jasa penyewaan mobil plus sopirnya.
Ia pun bersama teman-temannya keluar masuk situs penyedia jasa wisata untuk mencari informasi.
Upayanya berhasil. Ia mendapatkan penginapan seharga Rp 200.000 per malam untuk berenam. Kondisinya lumayan baik dan aman. Lokasinya juga strategis, yakni di sekitar Legian, Kabupaten Badung, tak jauh dari lokasi Pantai Kuta.
Tidak mengecewakan
Rute kunjungan wisata juga tidak mengecewakan, kata Rini. Obyek wisata yang ditawarkan dalam paket itu bagus untuk dikunjungi, mudah dijangkau, dan indah untuk berfoto dan berswafoto.
Pantai Kuta, Pura Uluwatu, Pantai Pandawa, Sangeh, Pura Tanah Lot, Pura Taman Ayun, Pantai Sanur, suasana Ubud, dan tentunya Pasar Sukawati.
Fenomena wisatawan seperti ini terjadi seiring dengan menjamurnya hotel-hotel bintang tiga atau cityhotel. Hotel-hotel tipe ini umumnya hanya memasang tarif Rp 300.000 per malam.
Kehadiran hotel jenis ini tak hanya mengancam hotel berkelas lebih tinggi, tetapi juga mengancam hotel melati.
Indah Widowati, pemilik agen perjalanan Atha Pesona di Solo, Jawa Tengah, yang menjual paket wisata secara daring (online) saat dihubungi mengatakan, kini memang terjadi pergeseran penjualan paket wisata ke Bali yang trennya membeli paket murah meriah.
Mau tidak mau, ia pun harus ikutan tren tersebut, menjual paket meriah ke Bali di kisaran harga Rp 1,5 juta.
Tren yang semakin kuat ini meresahkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Ia sempat curhat dalam kesempatan menjadi pembicara. Ia khawatir Bali menjadi obyek wisata obralan. Besar dari sisi kuantitas wisatawan, tetapi mengabaikan kualitas wisatawan.
Banyaknya wisatawan memang menjadi barometer bahwa Bali menjadi primadona pariwisata internasional maupun domestik. ”Namun, banyaknya jumlah wisatawan jangan sampai membuat kita terlena,” kata Pastika.
Kecanggihan teknologi, termasuk membeli paket wisata atau hotel secara online, jangan sampai menghancurkan bisnis pariwisata. ”Harus terus dilakukan inovasi,” ujarnya.
Menurut Wisnu, ia hanya berusaha mencari pangsa pasar baru yang sekiranya bisa menggantikan potensi konsumen wisatawan yang belanja via daring.
Turis yang datang dengan belanja murah layaknya backpaker, menurut Wisnu, mengkhawatirkan. Alasannya, mereka datang dengan harga murah dan potensi berbelanja juga sedikit.
Berupaya bisnisnya tetap hidup, ia berusaha menjaga relasi wisatawan langganan dengan baik. Hal itu juga yang dilakukan oleh sejumlah hotel berbintang empat dan lima. Mereka menjaga relasi dan memberikan penghargaan jika beberapa kali menginap di hotelnya.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, pesawat internasional yang datang bulan Juli mencapai lebih dari 2.500 penerbangan, dengan sekitar 460.000 penumpang.
Adapun penumpang domestik sebagian besar datang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Juanda sebanyak 3.500 pesawat dengan jumlah penumpang 511.000 orang.
Rata-rata tinggal wisatawan pun berkurang. Sekitar 10 tahun lalu turis bisa tinggal sepekan, kini hanya bertahan kurang dari tiga hari.
Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Made Sendra menyatakan, situasi ini tak terelakan. Kuncinya, pelaku pariwisata Bali, harus melakukan instropeksi, mencari inovasi, dan kreatif jika tak ingin Bali dianggap tempat wisata murahan. (Ayu Sulistyowati)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 September 2016, di halaman 1 dengan judul "Pebisnis Wisata Bali Bergulat Melawan Bisnis Daring".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.