Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keringat "Buto" untuk Tanah Air

Kompas.com - 13/09/2016, 10:15 WIB

Awalnya, mereka patungan membuat kostum dan alat musik. Jika Paimun pulang ke Banyuwangi, ia membawa beberapa alat. Lama-lama warga Malaysia mengetahui aktivitas itu dan meminta mereka pentas di sejumlah acara.

Kewajiban

Semua uang hasil pentas lalu dikumpulkan dalam kas yang saat ini mencapai 10.000 ringgit atau sekitar Rp 32 juta.

”Uang kas itu tidak kami sentuh untuk keperluan pribadi. Uang itu kami pakai untuk keperluan sosial, seperti jika ada anggota sakit, terkena masalah hukum, menyumbang panti asuhan, atau untuk operasional kelompok seni,” ujar Paimun.

Karena itu, Paimun atau penari lain enggan ketika ditanya berapa uang yang mereka dapat dari setiap pentas. Bagi mereka, pentas itu bukan pekerjaan sampingan, melainkan kewajiban mereka agar bisa mempromosikan budaya Banyuwangi di luar negeri. Apalagi, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga sedang gencar mempromosikan destinasi wisatanya.

Selain mempromosikan kampung halamannya, anggota Ikawangi Malaysia juga punya cita- cita mulia. Jika uang kas itu sudah terkumpul dalam jumlah besar, akan dipakai untuk membangun apa saja yang dibutuhkan di Banyuwangi, terutama fasilitas umum.

Saat ini, sebagian uang kas itu baru bisa dipakai untuk menyumbang pembangunan masjid di Malaysia.

Untuk mewujudkan cita-cita itu, Paimun mengatakan, dirinya dan anggota Ikawangi lainnya berprinsip tidak memakai uang kas itu guna menambah penghasilan mereka yang pas-pasan.

Paimun mengatakan, per bulan penghasilannya tersisa Rp 3 juta setelah dipotong untuk membayar sewa rumah dan sekolah dua anaknya di Malaysia. Sementara TKI yang menjadi pekerja bangunan mendapat upah rata-rata 70 ringgit atau Rp 225.000 per hari.

Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kementerian Pariwisata Rizki Handayani pun bersyukur ada komunitas semacam Ikawangi.

”Kami sangat mengapresiasi mereka dan semoga kerja keras mereka menjadi inspirasi bagi TKI lain atau siapa pun yang merantau di luar negeri,” katanya.

Kerja keras dan komitmen buto-buto dari Banyuwangi itu pun membuktikan bahwa TKI bisa menyandang status baru selain sebagai pahlawan devisa negara, yaitu pahlawan pariwisata. (Herpin Dewanto) 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 September 2016, di halaman 1 dengan judul "Keringat ”Buto” untuk Tanah Air".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com