Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/10/2016, 22:57 WIB
Josephus Primus

Penulis

Lalu, apa sebenarnya pemikat gelombang wisatawan ke pulau ini?

Lumbung energi dan air pemikat

Bagi siapa pun yang sudah berkesempatan bertandang ke Bali, Pulau Dewata ini gampang untuk dinyatakan sebagai gabungan dari keindahan alam berikut budaya yang memikat hati.

Orang Bali juga dikenal punya sikap hangat dan ramah. Kemampuan mereka melestarikan kebudayaan dari generasi ke generasi pun ibarat lumbung energi kehidupan yang tak lekang.

Di luar itu, ada pemikat bernama olahraga air. Ya, olahraga ini mudah dijumpai di Bali yang kaya pantai indah seperti Kuta dan Sanur. Penikmat olahraga selancar biasa memanfaatkan ombak di Kuta dan Uluwatu.

Pantai Uluwatu ada di sisi selatan Bali. Ombaknya paling bagus. Makanya, di pantai ini kompetisi selancar internasional sering diadakan. Waktu untuk berselancar terbaik adalah pada kurun April hingga September, ketika angin bertiup ke tenggara.

Para peselancar juga menyukai ombak di Nusa Lembongan di dekat Nusa Penida, pulau yang berada di tenggara Bali dan menghadap ke Samudera Indonesia.

Pulau-pulau ini berjarak tempuh 45 menit menggunakan perahu dari Nusa Dua atau Sanur. Arus ombak di Nusa Penida kuat karena selat ini memisahkan Bali dari Lombok.

Belum lagi, di ujung paling timur Bali terdapat Padang Bay dan Cemeluk, yang lebih dikenal dengan Pantai Amed. Perairan ini sangat cocok untuk diving atau olahraga selam. Di tempat ini, pengunjung akan disapa ikan-ikan kardinal, black snappers, dan damsel.

Sementara itu, di pesisir barat-utara Bali, tepatnya di Taman Nasional Bali Barat, ada Menjangan yang merupakan lokasi selam terbaik. Di sini ada karang datar, reruntuhan jangkar, taman belut, dan gua-gua, untuk dijelajah.
 
Satu lagi, Bali mengajak Anda  memompa adrenalin dengan bermain arung jeram menuruni Sungai Ayung yang spektakuler di Ubud. Silakan mencoba bungy jumping yang mendebarkan hati itu.

Dari gunung, beo langka, sampai susur hutan bakau

Bukan cuma "penikmat air" yang boleh terpesona dengan Bali. Pulau ini juga punya Gunung Agung. Gunung di timur Bali ini adalah tanah tertinggi di Pulau Dewata, tepatnya 3.031 meter di atas permukaan laut.

Gunung Agung masih berstatus gunung api aktif. Namun, pendakian bukan hal terlarang. Coba saja pendakian dari belakang pura atau melalui Desa Sebudi.

Namun, pastikan untuk meminta izin terlebih dahulu dari petugas pura. Pasalnya, peraturan agama Hindu di Bali melarang seseorang berdiri lebih tinggi dari pura terutama ketika upacara sedang berlangsung.

Pendaki yang berpengalaman menghabiskan waktu enam sampai delapan jam menuju puncak.  Silakan memulai pendakian pada pagi hari. Sebuah saran untuk pengunjung, gunakanlah jasa pemandu yang berpengalaman.

Alam Bali dapat pula dinikmati dengan berjalan kaki. Mari bertandang ke Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Taman nasional seluas 76.312 hektar, berada di Kabupaten Jembrana dan Buleleng. Masuklah dari sisi Jembrana di Melaya yang dekat dengan jalan tol Denpasar-Gilimanuk.

TNBB ni menawarkan alam tropis yang masih alami dan merupakan rumah bagi burung beo langka yang masih tersisa seratusan ekor. Burung ini berwarna putih nan cantik, dengan ujung sayap berwarna hitam dan garis biru di sekitar matanya.

Di sini juga terdapat Javan buffalo atau banteng yang langka, dengan 30-40 ekor yang masih tersisa di kedalaman hutan. Hewan lain yang ada di sini antara lain, rusa, kancil, macan tutul, musang, beruk, dan beberapa jenis kera lainnya.

BARRY KUSUMA Pulau Menjangan di Taman Nasional Bali Barat, Kabupaten Jembrana, Bali.

Pengunjung yang ingin ke Bali Barat harus mendapatkan izin—yang diurus gratis—terlebih dahulu di Cekik, Labuhan Lalang, atau di kantor Kementerian Kehutanan di Renon, Denpasar.

Meskipun di sini terdapat tempat perlindungan, para penikmat berjalan kaki pun harus membawa alas tidur sendiri, makanan, air, dan perlengkapan lainnya. Ada hotel sederhana tersedia di Labuhan Lalang atau di Gilimanuk dan Negara.

Masih untuk penikmat jalan kaki, ada hutan bakau yang bisa ditapaki di Benoa. Pengunjung diajak memanfaatkan jalan setapak dari kayu di hutan ini.

Hutan mangrove itu terletak di dekat Pelabuhan Benoa di Suwung Kau, sekitar 21 kilometer ke selatan dari Denpasar. Pusat Informasi Mangrove dibuka pada 2003, ditujukan bagi studi dan pelestarian kawasan mangrove.

Mencakup wilayah sekitar 200 hektar, kawasan ini punya pula persemaian seluas 7.700 meter persegi, pondok untuk beristirahat dan meditasi, serta dek terapung.
 
Waktu terbaik untuk mengunjungi hutan-hutan mangrove ini adalah pada pagi atau di siang hari. Ini adalah saat terbaik untuk menyaksikan berbagai spesies burung yang menjadikan mangrove sebagai habitat.

Budaya, relaksasi, kulinari, dan belanja

Bicara Bali, tentu tak akan bisa melewatkan kekayaan budaya. Di sini, peribadatan di pura tak pernah bisa lepas dari seni tari dan drama.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com