KOMPAS.com – Aman, perasaan inilah yang umumnya ingin didapatkan setiap wisatawan saat berpelesir ke suatu tempat. Pelancong jadi lebih berani menyusuri jalanan kota karena tak perlu khawatir kehilangan dompet gara-gara copet.
Salah satu kota yang bisa jadi rujukan adalah Melbourne, Australia. Pasalnya, The Economist menobatkan kota ini sebagai kota paling nyaman huni di dunia selama enam tahun berturut-turut hingga 2016.
Melbourne masuk kriteria itu karena dinilai cukup sejahtera. Kepadatan penduduknya relatif rendah pula. Dalam laporan itu dituliskan, kegiatan rekreasi di sini dapat berkembang tanpa meningkatkan kemungkinan tindak kejahatan atau membebani infrastruktur kota.
Jadi, turis tak perlu ragu mengembara bahkan hingga ke gang-gang sempit Melbourne. Justru, menyusuri jalan-jalan mungil nan berliku mampu membuat pelancong ketagihan.
Sepanjang lorong antar-gedung tinggi yang berjarak lebih kurang 4-6 meter ini jamak ditemui restoran, kafe, atau toko berdesain unik. Beberapa bagian dinding toko dicat berbeda warna, ada pula tembok yang ditutupi stiker warna-warni.
Bahkan, sebagian dinding gedung dijadikan ruang mengekspresikan seni grafiti. Tembok-tembok bangunan sepanjang Hosier Lane dan Union Lane, contohnya.
Sambil berjalan, pejalan kaki dapat mencuci mata dengan deretan dagangan dalam etalase kaca toko. Kanopi yang didominasi warna hijau, cokelat, atau hitam pun tampak menghiasi atap sebagian bangunan.
Pada jam-jam makan, deretan kursi dan meja di depan restoran atau kafe sering kali sudah penuh pengunjung. Memang, hampir setiap hari jalan ini disesaki wisatawan sekaligus warga setempat.
Restoran sepanjang Degraves Street dan Center Place, misalnya, biasa jadi tempat “nongkrong” sambil menyeruput kopi atau berwisata kuliner. Pilihan masakan pun beragam, mulai dari makanan ala Italia, Asia, sampai Amerika.
Berjalan-jalan pada malam hari juga tetap aman. Kedai-kedai kuno bergaya era 1920-an di Meyers Place ramai pengunjung hingga dini hari, menyediakan beragam kudapan dan minuman ditemani iringan musik jazz.
Ditambah, pengunjung dapat melihat pemandangan lampu kota yang cantik. Namun, untuk kebutuhan ini sebenarnya Melbourne punya tempat khusus.
Pemandangan kota akan terlihat semakin mantap jika pelancong menikmatinya dari atas Melbourne Star Observation Wheel. Wahana ini berbentuk menyerupai kincir angin raksaksa.
Tidak sambil makan malam, pengunjung bisa duduk manis atau berdiri dalam kapsul yang menempel pada kincir setinggi hampir 120 meter. Dinding terbuat dari kaca kokoh, membuat lanskap kota, pegunungan Dandenong, sampai teluk Port Phillip terlihat jelas dari ketinggian, terutama pada siang hari.
Karena perjalanan menumpang kapsul itu bisa saja dilakukan pada malam hari, pengunjung perlu ponsel yang mampu menghasilkan gambar jernih walau minim cahaya. Terlebih lagi untuk kebutuhan selfie, setidaknya ponsel sudah dilengkapi fitur semacam screen flash selfie.
Fitur itu berfungsi menyesuaikan pencahayaan secara otomatis, seperti ditemui pada Oppo F1s. Di dalamnya tersemat teknologi pengukur cahaya yang diperlukan agar wajah tetap terlihat cerah.
Dengan bekal ponsel kamera yang tepat, pelancong tak perlu lagi ragu berkeliling Melbourne sambil ber-selfie ria, bahkan pada malam hari. Selamat berlibur!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.