RAJA AMPAT, KOMPAS.com - "Brumm..tok..tok..tok" . Suara mesin kapal yang saya tumpangi memekakkan telinga. Sang juru kemudi memacu dapur mesin berbahan bakar bensin. Haluan perahu meninggalkan titik selam Pianemo di Raja Ampat.
Pemandangan bawah laut Pianemo menghilang. Karang berwarna-warni aneka ukuran juga ikan sirna dari pandangan mata. Keheningan bawah laut berganti keriuhan penumpang kapal yang saya tumpangi.
Decak kagum pada Raja Ampat masih terasa kental. Di sekeliling perahu, bukit-bukit karst yang terbentuk jutaan tahun lalu
(BACA: Menikmati Keindahan Raja Ampat dari Gunung Botak)
Lalu, perahu melaju memecah ombak. Buih-buih air muncul di perairan Raja Ampat. Dari jadwal acara paket wisata bahari PT Pelni "Let's Go Raja Ampat" muncul nama obyek wisata Pulau Rufas.
Matahari saat itu masih mengawali perjalanannya. Begitu pun dengan saya dan peserta paket wisata bahari PT Pelni. Di Pulau Rufas, kami diagendakan untuk snorkeling.
Tak perlu waktu lama dari titik snorkeling pertama di Pianemo ke Pulau Rufas. Juru kemudi cukup memacu perahu sekitar 10 menit. Pulau Rufas pun masih bisa terlihat.
Saya sendiri belum punya bayangan tentang Pulau Rufas. Sedikitnya referensi di dunia maya menjadi satu tantangan. Saya hanya berbekal informasi dari pemandu wisata.
Waktu 10 menit berlalu dengan cepat. Juru kemudi memperlambat putaran mesin tempel di perahu. Di depan perahu saya, lebih dulu bersiap untuk masuk.
"Ini di dalamnya seperti laguna," celetuk Rio singkat.
Perlahan demi perlahan, haluan kapal mengendap-endap masuk melalui sebuah celah pulau. Semua penasaran. Seorang kontributor media milik swasta asal Sorong, Jeje juga bersiaga dengan kamera seperti tak ingin kehilangan momen.
Bening seperti kaca. Rasanya analogi tersebut tak berlebihan untuk menggambarkan panorama laut di Pulau Rufas. Dasar laut terlihat dengan jelas.
Warna laut di tengah Pulau Rufas tergradasi. Warna hijau dan biru yang berasal dari ganggang laut dan karang berdampingan. Selebihnya, pasir putih membentang di dasar laut Pulau Rufas.
Saya memutuskan untuk mendaki bukit Pulau Rufas begitu tiba di dermaga. Pemandangan dari sisi atas Pulau Rufas mungkin berbeda. Di atas bukit terdapat satu pondok yang terpantau tak terawat.
Alas sepatu tak menggigit batuan kapur. Tak ada pegangan untuk menuju pondok itu. Bahaya selalu mengikuti ketika mendaki. Berpegangan dengan ranting pohon dan batuan karst bisa jadi salah satu cara yang aman untuk mendaki.
Dari atas pondok bukit, saya masih harus menaiki tangga. Tangga tersebut membawa saya ke lantai dua pondok. Dari sana, laguna Pulau Rufas terlihat menawan.
Seorang pemandu wisata paket wisata bahari PT Pelni lainnya, Rani mengatakan obyek wisata Pulau Rufas belum banyak dikunjungi oleh wisatawan. Ia menuturkan pihak-pihak travel agent di Raja Ampat belum banyak menyediakan tujuan wisata ke Pulau Rufas.
"Sampai sekarang belum banyak yang masukin Pulau Rufas ke itenerary wisata," jelasnya.
Di Pulau Rufas juga terdapat pantai berpasir putih. Di pinggir pantai tumbuh pohon seperti pohon pinus. Di tengah pulau, sudah terdapat fasilitas seperti homestay dan kamar mandi hasil swadaya seorang warga Desa Pam. Homestay tersebut disewakan untuk wisatawan.
Ah, Pulau Rufas seperti mutiara tersembunyi dari Raja Ampat. Keindahannya terbenam di dasar laut. Tersisihkan oleh keindahan Wayag, Pianemo, juga Misool di Raja Ampat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.