Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Hamburg, Ramah Siang Hari, Mesra Malam Hari

Kompas.com - 19/11/2016, 11:06 WIB

HAMBURG, KOMPAS.com - Semenjak kehadiran wifi dan smartphone segalanya serba mudah dan praktis. Era online merambah segala lini kehidupan, mempermudah kita memperoleh informasi update.

Berbeda dengan 20 tahun yang lalu, ketika saya masih muda belia di kota Brussel.  Berkomunikasi via telepon rumah dengan keluarga dan sang pacar di Bali, harus bayar mahal hanya untuk 5 menit saja. Jeleknya lagi, kita tidak bisa melihat wajah secara live.

Sekarang serba praktis. Menggunakan facebook messenger, webcam, whatapps kita bisa melihat dan mendengar secara jernih dan lebih murah.

Pukul 5 sore di Bandara Brussels, saya sedang menunggu pesawat menuju kota Hamburg di Jerman. Menunggu tidak lagi membosankan, karena informasi update di media sosial beragam.

MADE AGUS WARDANA Pesawat yang menuju Hamburg, Jerman di Bandara Brussels.
Saya membaca, mengintip status teman yang sedang ceria, kecewa, selfie hingga menyaksikan tips-tips segar resep memasak di youtube.

Akhir-akhir ini, saya sangat konsen dengan memasak. Mencoba berbagai resep, khususnya sayur-sayuran. Harap maklum ya pembaca, hidup di perantuan membutuhkan olahan kreativitas di segala bidang, termasuk kreativitas dalam memasak.

Singkat cerita, dalam hitungan 1 jam dari kota Brussel, saya telah tiba di kota Hamburg. Kota "mesra" di malam hari, "ramah" di siang hari.

Saya menyebut "mesra" karena banyaknya muda-mudi bermesraan di tepi Danau Alster, memadu kasih dalam riak suasana malam syahdu.

MADE AGUS WARDANA Kota Hamburg di malam hari.
Danau Alster disebelah mana ya? Alamatnya di Jungfernstieg, 20534 Hamburg, bisa menggunakan transportasi umum:  S1, S2, S3 and U1, U2, Station 'Jungfernstieg'.

Kemudian, saya menyebut "ramah" karena terkesan dengan warga setempat.

Kejadiannya di saat saya kesasar menuju Museum Etnologi Museum für Völkerkunde Hamburg. Telepon saya low bat, saya memohon dicarikan taksi kepada warga Jerman yang kebetulan berada di sekitar saya.

Satu keluarga membantu dengan ramah, menunggu dan menelpon hingga sopir taksi datang.

Saya bersyukur ternyata banyak sekali orang-orang baik berada di sekeliling kita, atau barangkali ini merupakan kebetulan saja.  Walaupun demikian kesan positif yang terjadi pada saya ini, sedikit tidaknya akan terkenang dhati selama-lamanya.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Grup band Marginal Jakarta tampil di Pasar Hamburg, Jerman. Pasar Hamburg adalah ajang festival Indonesia terbesar di negara berbahasa Jerman yang diadakan setiap tahun. Tahun ini digelar 10-11 September 2016.
Undangan berkesenian di Pasar Hamburg

Kedatangan saya ke Hamburg sebagai pemain suling Bali atas undangan dari Juli Wirahmini Biesterfeld, sang ketua penyelenggara Pasar Hamburg.

Pasar Hamburg adalah ajang festival Indonesia terbesar di negara berbahasa Jerman yang diadakan setiap tahun di Museum Etnologi Museum für Völkerkunde Hamburg.

Tahun ini merupakan edisi yang keempat kalinya yang diselenggarakan selama dua hari dari tanggal 10 hingga 11 September 2016. Beragam acara ditampilkan seperti pertunjukan tari, musik, diskusi, film, workshop, pameran foto, bedah buku dan pasar kuliner Indonesia.

Para artis didatangkan khusus dari Indonesia seperti grup band Marginal Jakarta dan Topeng Bondres Lawak Rare Kual Bali. Sedangkan yang dari Eropa di antaranya Ina Dance Belanda, Yonatan Pandelaki Band Jerman, grup Tari IMAN Jerman, Duo Violissimo Jerman, The Toffi Jerman, Trio Fridaus Jerman, dan saya sendiri si pemain suling Bali dari Belgia.

MADE AGUS WARDANA Ina Dance Belanda tampil di Pasar Hamburg, Jerman.
Pukul 9 pagi di hari pertama Pasar Hamburg, kesibukan sudah kentara di berbagai sudut ruangan museum. Para panitia yang sebagian besar pelajar dan diaspora Indonesia ini, terlihat bekerja sama bahu membahu.

Sebagai penampil seni atau artis, kita ditempatkan dalam sebuah ruangan yang bersih dan nyaman yang berada persis di dekat panggung utama pertunjukan.

Apa pun yang kita tanyakan kepada panitia, jawaban mereka jelas dan siap membantu para penampil seni tersebut. Para panitia di sini membawa pesona kekeluargaan dan melayani artis secara profesional.

Program yang tertulis secara jelas, dengan durasi waktu yang telah ditentukan membuat para penampil seni menyiapkan diri sebaik mungkin.

MADE AGUS WARDANA Grup lawak bondres Rare Kual Buleleng Bali di Pasar Hamburg, Jerman. Pasar Hamburg adalah ajang festival Indonesia terbesar di negara berbahasa Jerman yang diadakan setiap tahun. Tahun ini digelar 10-11 September 2016.
Kemudian peralatan soundsystem dan para teknisi yang berpengalaman membuat pasar Hamburg ini semakin profesional.

Namun satu hal yang perlu dikritisi adalah pasar Hamburg terlalu pendek waktunya. Kalau bisa diperpanjang menjadi 3 atau 4 hari agar bisa menjangkau publik lebih luas.

Di dalam ruangan artis, saya hanya tersenyum manis, melihat godaan demi godaan grup lawak bondres Rare Kual Buleleng Bali terhadap penari cantik Ina dance dari Belanda.

Keakraban mereka membuat suasana bertambah menyenangkan. Suara kocak rare kual, dengan penuh tawa membuat saya terpingkal. Gaya, ekpresi lucu, gerak-gerik polos dan guyonan mereka sangat khas tanpa dibuat-buat.

MADE AGUS WARDANA Kuliner Indonesia di Pasar Hamburg, Jerman. Pasar Hamburg adalah ajang festival Indonesia terbesar di negara berbahasa Jerman yang diadakan setiap tahun. Tahun ini digelar 10-11 September 2016.
Rare Kual yang terdiri 4 pemuda Bali ini merupakan grup topeng bondres terkenal yang sudah melanglang buana di Bali bahkan ke berbagai negara Eropa.

Tanpa saya sadari, salah satu dari tim Rare Kual menghampiri saya sambil berbisik dengan serak-serak basah dalam bahasa bali khas Buleleng yang kental.

"Bli Made, jegeg jegeg gati penari Ina dance uli Belande ne! Tawang keto jeg plaibang polone! (artinya: Bli Made, cantik-cantik sekali para penari dari Ina dance. Saya mau larikan mereka).

Saya pun menjawab dengan nyengir sambil berkedip, "Eh, kangguwang mai mepotrek gen paekan, apang maan ngelut, jeg nyak seger bayune, kiiik!" (artinya: eh, sini kita berfoto kesini saja sambil peluk dikit, supaya semangatmu segar bugar, kiiik).
 
Mendengar saran saya itu, mereka (Rare Kual) berkedip cinta bling bling bling pertanda "tidak sabar" untuk segera berpelukan. He-he-he...

MADE AGUS WARDANA Pameran foto 'Tolak Reklamasi Teluk Benoa' di Pasar Hamburg, Jerman. Pasar Hamburg adalah ajang festival Indonesia terbesar di negara berbahasa Jerman yang diadakan setiap tahun. Tahun ini digelar 10-11 September 2016.
Pameran Foto Suara Pesisir

Nampaknya para seniman ini tidak diragukan lagi sepak terjang berkesenian mereka. Lihatlah penampilan grup band Marjinal yang sangat jantan menyuarakan perlawanan kuat terhadap suatu ketidakadilan yang berkembang di tengah masyarakat.

Marjinal melantunkan lagu "Tolak Reklamasi Teluk Benoa" terdengar bergemuruh di ruangan museum yang dinyanyikan bersama sama oleh para penonton.

Kemudian Rare Kual beraksi dengan interaktif gerak komedi lucu yang berwajah bondres Bali, mampu menyemarakkan festival ini hingga penonton tertawa terpingkal-pingkal.

Selangkah kemudian, saya juga sempat memanfaatkan waktu untuk melihat Pameran Foto yang digelar di lantai 1 gedung museum. Pameran foto ini menyajikan image cerita tentang pesisir laut nusantara dan wajah pesisir sebagai tempat tinggal nenek moyang kita sebagai bangsa pelaut.

MADE AGUS WARDANA Juli Wirahmini Biesterfeld, Ketua Penyelenggara Pasar Hamburg, Jerman. Pasar Hamburg adalah ajang festival Indonesia terbesar di negara berbahasa Jerman yang diadakan setiap tahun. Tahun ini digelar 10-11 September 2016.
Pameran ini rupanya bertajuk Suara Pesisir yang menjadi ajang penggugah dalam pasar Hamburg tahun 2016 ini. Karya foto yang dipamerkan adalah buah karya sepuluh pewarta foto Divisi Pemberitaan Foto Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara.

Kesepuluh pewarta foto yang karya mereka dipamerkan pada ajang ini adalah Andreas Fitri Atmoko, Iggoy el Fitra, I Nyoman Budhiana, Ismar Patrizki, Muhammad Adimaja, Mochammad Risyal Hidayat, Rosa Panggabean, Sigid Kurniawan, Wahyu Putro A, Moch Risyal Hidayat, dan Zabur Karuru.

Dari kesepuluh pewarta foto itu, disajikan 13 foto cerita seri tentang pesona keindahan alam, berbagai prosesi budaya masyarakat yang menawan, dan sejumlah problematika mengenai pesisir yang tengah menghangat di Indonesia.

Yuk, Mencintai Keragaman Nusantara

Kalau bukan karena cinta Indonesia, tidaklah mungkin Pasar Hamburg ini berjalan dengan lancar dan sukses. Waktu yang tersita, biaya yang dikeluarkan, hingga tenaga terkuras habis bukanlah menjadi halangan bagi tim penyelenggara Pasar Hamburg ini.

MADE AGUS WARDANA Suling bali di Pasar Hamburg, Jerman. Pasar Hamburg adalah ajang festival Indonesia terbesar di negara berbahasa Jerman yang diadakan setiap tahun. Tahun ini digelar 10-11 September 2016.
Pengerjaan dilakukan secara swadaya oleh diaspora Indonesia, pelajar, masyarakat Indonesia dan masyarakat Jerman sepantasnya diberi apresiasi yang tinggi.

Bersinergi membangun Indonesia, menginformasikan berita aktual dan mengkritisi dampak negatif yang terjadi di tengah masyarakat, menampilkan keahlian para seniman Indonesia hingga mempromosikan cita rasa makanan Indonesia di Pasar Hamburg ini.

Alangkah bahagianya kalau kita melihat kebersamaan warga masyarakat Indonesia yang berbeda suku, agama dan golongan menyatu membangun Indonesia melalui Pasar Hamburg ini.

Alangkah cerianya nenek moyang para pelaut nusantara ketika mereka melihat kepedulian kita terhadap pesisir laut nusantara walaupun dalam bentuk pameran foto.

MADE AGUS WARDANA Workshop grup lawak bondres Rare Kual Buleleng Bali di Pasar Hamburg, Jerman. Pasar Hamburg adalah ajang festival Indonesia terbesar di negara berbahasa Jerman yang diadakan setiap tahun. Tahun ini digelar 10-11 September 2016.
Alangkah terhiburnya warga Jerman atau para pengunjung atas berbagai atraksi seni budaya nusantara. Alangkah sayangnya kalau kita tidak mencintai keragaman budaya kita sendiri bahkan tidak peduli sama sekali.

Nah, para pembaca KompasTravel, sebagai penabuh suling Bali yang telah tiga kali hadir di Pasar Hamburg ini, melihat dengan mata kepala sendiri bahwa warga Jerman dan warga Eropa lainnya sangat tinggi menghargai budaya Indonesia.

Mereka serius mendengarkan, serius menyaksikan, serius memainkan gamelan, serius menari, serius mempelajari hingga cintanya lebih daripada kita mencintai budaya kita sendiri. Apakah dirimu rela budaya nusantara akan menjadi milik warga asing? Jelas tidak! (MADE AGUS WARDANA, tinggal di Belgia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Hotel Story
3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

Travel Tips
Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Jalan Jalan
Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Travel Update
5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

Jalan Jalan
Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Travel Update
5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

Travel Tips
Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Jalan Jalan
Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com