Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Berencana Kembangkan Wisata Everest di Perbatasan Tibet

Kompas.com - 03/01/2017, 06:15 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah China berencana mengembangkan pariwisata di sisi utara Gunung Everest tepatnya di perbatasan China-Nepal yakni Kota Gangkar, Tingri County, Tibet. Sejumlah anggaran telah disiapkan untuk membangun infrastruktur dan atraksi wisata di kaki Gunung Everest.

Perwakilan pemerintah China, Nyima Tsering mengatakan kepada surat kabar China Daily, Gangkar adalah tempat terbaik untuk melihat puncak Qomolangma, Cho Oyu, Shishapangma, Lhotse dan Makalu. Qomolangma adalah bahasa Tibet untuk Gunung Everest.

"Ada juga akan menjadi museum gunung, pusat penyewaan dan perbaikan untuk mobil, sepeda motor dan sepeda; dan restoran dan akomodasi," kata Nyima dikutip dari Daily Mail.

(BACA: Terungkap! Rahasia Kekuatan Suku Sherpa di Gunung Everest)

Pemerintah China berharap dengan pembangunan pariwisata di wilayah Gangkar, Tibet akan menjadi destinasi ski berskala internasional. Pengembangan ini juga diharapkan bisa meningkatkan perekonomian Tibet dan memberikan kesempatan kerja baru untuk masyarakat setempat di bidang pariwisata.

Menurut rencana, pemerintah China akan mengembangkan wilayah seluas 84.320 meter persegi atau seluas 12 kali lapangan sepak bola.

China Today melaporkan biaya pengembangan pariwisata Gunung Everest akan menelan biaya sebesar 20,4 juta dollar Amerika Serikat. Pengembangan pariwisata di Gangkar juga mencakup pembangunan helipad dan pusat medis.

(BACA: 6 Tips Mendaki Everest...)

Pengembangan pariwisata di kaki Gunung Everest ini direncanakan akan dimulai pada tahun 2017. Pemerintah China berharap proyek ini akan selesai pada tahun 2019.

Gunung Everest sendiri melintasi perbatasan Nepal dan Tibet. Pendakian Gunung Everest bisa dimulai dari sisi Nepal dan juga Tibet.

Gunung Everest dikunjungi hingga 10.000 pendaki dari seluruh dunia setiap tahunnya. Hal itu menjadi potensi besar untuk mendatangkan keuntungan lewat sektor pariwisata.

Roberto Schmidt/Agence France-Presse/Getty Images Kondisi base camp Gunung Everest , hari Minggu ini, sehari setelah gempa dashyat bermagnitud 7,9 yang memicu longsor di gunung tertingi di dunia ini
Dikritik

Di musim pendakian sebelumnya, pendaki gunung menghindari sisi Tibet karena konflik yang sedang berlangsung antara Tibet dan China, serta kurangnya infrastruktur.

Wartawan Conde Nast Traveler, Lilit Marcus menulis bahwa helipad akan membuat lebih mudah bagi helikopter untuk menyelamatkan pendaki yang terluka dalam kejadian longsor atau badai. Namun, helipad juga akan menarik pendaki kelas ekonomi atas menuju base camp Everest.

Bencana pada tahun 1996 bisa menjadi pelajaran ketika 12 orang tewas dalam satu hari setelah terjebak dalam badai salju di dekat puncak Everest.

Salah satunya, seorang sosialita asal New York Sandy Pittman, terkenal membayar uang yang terbilang besar untuk dibimbing menuju puncak Everest setelah gagal pada dua pendakian sebelumnya.

The Telegraph Tempat kemah di Gunung Everest.
Dalam buku Into Thin Air, John Krakauer menyebut bahwa praktik ini menyebabkan kemacetan di tempat-tempat berbahaya di gunung, dan pemandu mengambil risiko yang tidak perlu untuk mendapatkan tamu kaya ke atas.

Sebuah proyek infrastruktur baru besar-besaran di Tibet ini disebut akan bermanfaat bagi perekonomian, karena pasti akan memberikan aliran pendapatan ke daerah lain yang miskin.

Proyek pengembangan pariwisata ini juga dianggap yang baik dalam hal stabilitas lantaran masuknya wisatawan dari bagian lain dari China serta tentu akan menjadi sorotan dunia.

Di sisi lain, pendaki pasti akan menghargai infrastruktur dan akses ke gunung, tapi rencana tersebut bisa mengubah gunung menjadi perangkap kematian bagi pendaki pemula.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Travel Update
6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com