Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Hutan Bakau, Merayakan Alam

Kompas.com - 31/03/2017, 08:10 WIB

MENYUSURI hutan bakau primer di Mangrove Center Balikpapan, Kalimantan Timur, merupakan sebuah perjalanan untuk melepas penat dan menuntaskan kerinduan akan alam.

Semilir angin berpadu gemeresik bakau, dan keheningan yang diselingi suara serangga dan bekantan juga menyegarkan jiwa.

Sore hari adalah saat terbaik untuk menikmati sejumput surga dunia yang masih tersisa ini. Meski matahari masih bersinar, kanopi-kanopi bakau mampu meneduhkan siapa pun yang berkunjung.

Bersantai di ”teras” kawasan itu saja sudah mengasyikkan, apalagi masuk hingga ke sudut-sudut kawasan.

Mangrove Center Balikpapan terletak hanya 10 kilometer dari pusat kota Balikpapan, tepatnya di ujung kompleks perumahan Graha Indah, Balikpapan.

(BACA: Perempuan Pejuang Bakau dari Alor)

Meski letaknya tidak jauh dari pusat kota, pengunjung tetap dapat menyaksikan ratusan hektar hamparan bakau yang nan hijau yang terbelah oleh sungai-sungai.

Setelah menyusuri jembatan yang dibangun dari papan-papan ulin sepanjang 50-an meter, pengunjung tiba di dermaga kecil, tempat beberapa perahu fiber dan kayu bermesin tempel bersandar.

Hari Minggu (19/2/2017), ketika Kompas tiba di sana, Herman, warga setempat yang menjadi motoris (pengemudi) perahu, mengantar kami berkeliling.

Perahu yang memuat 7-8 orang ini kemudian bergerak perlahan membelah air. Melewati anakan sungai yang lebarnya hanya 4-6 meter, berkelok-kelok, dan airnya hanya sedalam 1-2 meter ini, Herman mengemudikan perahu dengan sangat hati-hati.

(BACA: Kampung Warna Warni Teluk Seribu, Obyek Wisata Baru di Balikpapan)

Melaju di bawah rindang bakau, sinar mentari pun tersaring sehingga sore seolah senja di sini. Udara pun terasa segar.

Ketika kami memperhatikan alam, terlihat pula kepiting-kepiting bakau yang menyembul dari akar-akar meski seketika pula bersembunyi.

Semakin dalam masuk ke rerimbunan hutan bakau, telinga menangkap suara nyaring aneka serangga yang entah bersembunyi di mana.

Bersua bekantan

Berpadu gemeresik daun-daun ada suara-suara geraman, dan lengkingan yang menyeruak. Itulah suara bekantan. Namun, di mana bekantan-bekantan itu?

Bekantan itu satwa pemalu, begitu mendengar suara, biasanya mereka kabur,” ujar Ketua Mangrove Center Balikpapan Agus Bei.

Jadi, mulut harus dikunci rapat-rapat. Herman lalu mengarahkan perahu ke tepi hutan untuk mencari sungai kecil agar perahu fiber sepanjang 3 meter dan selebar 1 meter ini dapat masuk lebih dalam ke hutan.

Sungai kecil ditemukan, perahu diarahkan masuk ke sungai kecil itu kemudian mesin tempel dimatikan, dan kami menunggu. Hanya menunggu dalam diam.

Tiba-tiba terdengar suara terutama dari atas dedaunan bakau. Lengkingan, geraman, teriakan, hingga suara seperti dengkuran makin terdengar.

Dedaunan pun tersibak, dahan bergerak, dan terlihat sesosok kecil fauna berukuran setara kucing memperhatikan kami.

Inilah fauna yang kami tunggu, bekantan (Nasalis larvatus), penghuni asli kawasan tersebut. Primata ini dikenal pula sebagai ”monyet Belanda” lantaran rambut tubuh yang coklat kemerahan dan hidungnya yang besar.

Pada sore hari, biasanya bekantan bergerak untuk mencari makan. Ternyata, bekantan itu tidak sendiri.

Tidak lama kemudian, delapan anak bekantan memperlihatkan diri dalam radius 15-30 meter dari perahu. Namun, secepat mereka muncul, secepat itulah mereka menghilang di balik rerimbunan bakau.

Tidak terlalu jauh, terlihat beberapa bekantan dewasa. Mereka terlihat mengawasi pergerakan anak-anak bekantan, dan mendadak kami merasa diawasi oleh banyak mata.

Memang, tidak mudah mendekati bekantan. Kami melihat sendiri induk-induk bekantan yang seolah mengingatkan anak-anaknya untuk tidak mendekati manusia.

Hutan bakau ini memang habitat para bekantan. Ketika gerimis mulai turun dan hawa terasa sejuk, bekantan pun malah bermunculan.

”Tetapi, justru saat cuaca begini, bekantan suka muncul dan makan. Dia (bekantan) enggak suka cuaca panas. Manja juga nih hewan, ha-ha-ha,” kata Herman.

Setelah puas melihat kawanan bekantan, mesin perahu kembali dinyalakan. Setelah menembus ”tembok” bakau berumur puluhan tahun yang menjulang 10-20 meter, perahu kembali membelah air berwarna kehijauan yang memantulkan bayangan bakau-bakau.

Kami dibawa menuju alur sungai yang lebih lebar. Tak seberapa lama, tampak Sungai Somber, sungai utama di kawasan itu. Sungai selebar 100-an meter yang bermuara di Teluk Balikpapan ini menjadi salah satu batas kawasan Mangrove Center Balikpapan.

Dikelola masyarakat

Luas Mangrove Center hanya 150 hektar. Namun, karena bergandengan dengan ratusan hektar hutan bakau primer, seolah menjadi satu kesatuan.

Pada Juli 2010 lalu, demi perlindungan terhadap kawasan itu, Wali Kota Balikpapan saat itu, Imdaad Hamid, mencanangkan Mangrove Center Balikpapan sebagai kawasan konservasi.

Padahal, inisiatif awalnya dari masyarakat yang menanam kembali bakau sejak tahun 2000-an. Kawasan itu kemudian berkembang menjadi ikon wisata Balikpapan, dengan pengelolaan di tangan warga setempat.

Tiap minggu, ratusan wisatawan singgah. ”Masih banyak ikan di sini. Saya masih dapat menangkap ikan kakap seberat 2 kilogram,” kata Herman, yang hobi memancing.

Banyak pejabat, kepala daerah, juga para pelajar dan mahasiswa pernah ke Mangrove Center Balikpapan. Kawasan ini juga seakan laboratorium alam bagi para peneliti dan akademisi.

Tanpa menyusuri sungai di hutan bakau, pengunjung dapat bersantai di tepian sungai, duduk di gazebo ulin, atau naik ke gardu pandang setinggi 12 meter.

Menurut Agus Bei, apabila Mangrove Center Balikpapan ingin dipertahankan selamanya, lebih baik lahan milik warga itu dibeli Pemkot Balikpapan. Perlindungan dengan rencana tata ruang dan wilayah dinilai tidak terlalu kuat.

Meski demikian, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi mengakui keterbatasan dana pemerintah untuk membeli lahan Mangrove Center Balikpapan. Dengan demikian, konservasi harus mengandalkan komitmen warga untuk menjaga hutan bakau. (LUKAS ADI PRASETYA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Maret 2017, di halaman 24 dengan judul "Menyusuri Hutan Bakau, Merayakan Alam".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com