Yang pertama, penghormatan kepada jasa para pahlawan, karena merupakan peringatan kemenangan perang Kerajaan Mengwi dalam hal memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Mengwi pada saat itu.
Sehingga hingga saat ini, tradisi ini dilaksanakan setiap enam bulan sekali atau tepatnya setiap hari raya Kuningan.
Mengapa dilaksanakan pada hari raya Kuningan? Bendesa Adat Munggu mengatakan, karena sebelum bala tentara Kerajaan Mengwi mengadakan perlawanan, beliau (Raja) bersemadi tepat pada hari raya Kuningan. Sehingga ditetapkan hari raya Kuningan akan dilaksanakan sebagai pelaksanaan tradisi ini.
Kedua, memiliki makna sebagai penolak bala atau diyakini akan memberikan keselamatan dan kesuburan atau kemakmuran dalam sektor pertanian yang ada di Desa Munggu.
Dia melanjutkan, kepercayaan yang sangat tinggi terhadap tradisi ini untuk memberikan keselamatan dan kemakmuran dibuktikan oleh sempatnya dilakukan pelarangan melaksanakan mekotek oleh penjajah waktu itu yakni Belanda, karena penjajah takut pada saat itu yang digunakan sebagai media atau alat tradisi tersebut bukan kayu, melainkan tombak.
Sehingga Belanda waktu itu melarang karena takut warga akan melakukan pemberontakan atau perlawan terhadap mereka.
Akibat pelarangan oleh penjajah sekitar 5 kali, warga desa banyak yang terkena penyakit atau grubug, bahkan hingga ada yang meninggal dunia.
Nah, karena kejadian tersebut itu para tokoh adat Munggu saat itu kemudian melakukan negosiasi dengan pihak penjajah hingga tradisi ini kembali dilaksanakan.
Sejak itulah tradisi ngerebeg atau mekotek ini diyakini memberikan kemakmuran dalam sektor pertanian, begitu juga penyakit yang masuk ke warganya.
Yang ketiga, tradisi ini merupakan alat pemersatu warga, dalam hal ini adalah para pemuda.
Dengan melaksanakan tradisi ini, para pemuda akan melaksanakan kegiatan yang positif dan menjauhi segala macam kegiatan yang negatif seperti narkoba, minuman keras, ugal-ugalan.
“Intinya tradisi ini memiliki tiga makna yang sangat diyakini oleh warga Desa Adat Munggu,” jelas Rai Sujana. (Tribun Bali)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.