APA menariknya kota tepi laut yang minim akses ke pantai publik? Jawabnya, banyak. Ini hanya tinggal bagaimana kota itu cerdas menata kawasannya.
Jakarta dengan kekurangan dan kelebihannya, daya tarik kota pantainya masih cukup kuat. Mau yang lebih bagus dan tertata? Yokohama di Jepang salah satunya. Yuk, intip kedua kota ini.
Jakarta dan Yokohama sama-sama berpredikat sebagai kota pantai, kota pelabuhan, dan kawasan industri. Memasuki kota Yokohama dengan menggunakan bus dari Bandar Udara Narita, Tokyo, 20 Maret lalu, suasana sibuk khas kota pelabuhan langsung terasa.
Menggugah ingatan saat menyusuri jalinan jalan tol juga jalan- jalan reguler di Jakarta Utara yang tak jauh dari garis pantai.
(BACA: Biar Tidak Bikin Malu, Ini 6 Etiket Saat Liburan di Jepang)
Ada lahan dengan tumpukan ratusan kontainer, pusat pergudangan, alat-alat berat, dan tak lupa kapal-kapal besar yang tengah berlabuh.
Bedanya, di Yokohama semua lebih teratur dan infrastruktur jalan begitu banyak. Tinggal pilih saja, terowongan yang menembus laut, jalan di atas tanah, jembatan penghubung yang melintasi laut dan sungai, hingga jalan-jalan layang yang bertumpuk-tumpuk.
Juga jalur- jalur rel kereta api, baik reguler maupun kereta cepat. Tidak ada asap hitam mengepul, kepadatan kendaraan terjadi, tetapi tidak sampai macet berjam-jam.
Siang itu, kota yang membuka diri pada dunia dengan menjadi pelabuhan internasional tahun 1859 itu cukup hangat dan berangin. Sekali lagi, hawa laut dan cuaca berangin kala itu rasanya mirip seperti saat berdiri di pasir Pantai Ancol, Jakarta Utara.
(BACA: Museum Bahari Kini Dilengkapi Kafe dan Perpustakaan)
Atau saat menelusuri kawasan Pasar Ikan, menikmati Museum Bahari, hingga berburu ikan segar di pusat lelang hasil laut di Pasar Ikan Muara Karang, tak jauh dari pelabuhan rakyat Muara Angke.
Peninggalan-peninggalan itu mengingatkan sejarah panjang Jakarta. Riwayat Jakarta sebagai kota pelabuhan internasional bahkan sudah tercatat sejak lebih dari 400 tahun lalu.
Pusat-pusat wisata itu sudah mendapat tempat istimewa di hati warga Jakarta. Namun, yang kasatmata terlihat adalah betapa kawasan pesisir Jakarta dengan segala potensinya belum tertata apik.
Mau masuk Pasar Ikan Muara Karang yang biasanya ramai pada malam hingga dini hari, misalnya, disarankan pakai sepatu bot karena becek. Sampah juga masih menjadi masalah tak terpecahkan.