Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan Rustono "King of Tempe", dari Grobogan sampai Amerika

Kompas.com - 30/05/2017, 22:05 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

Suatu hari di bawah salju, Rustono telah siap dengan gelondongan kayu murah yang dibelinya. Ia ingin memperluas atap pabriknya yang semula hanya empat kali tiga meter.

Selama dua hari ia selalu didatangi seseorang yang mengigatkannya, jika beraktivitas di luar rumah pada saat turun salju lebat, sangatlah berbahaya. Terlebih Rustono menolak imbauan orang tersebut dengan alasan ingin “membangun mimpi”.

Pada hari kedua, ternyata orang tersebut merupakan wartawan dari sebuah media di Jepang. Ia pun meliput aktivitas “aneh” yang dilakukan Rustono demi “membangun mimpi”. Rustono pun lanjut bercerita tentang tempe pada sang wartawan.

Tidak diduga, setelah berita dan fotonya dimuat, beberapa pemilik restoran yang dulu menolak Rustono mentah-mentah, malah menelponnya untuk menjadi pelanggan tempe.

“Kaget saya dapet telepon, ‘Anda Rustono? Kamu mungkin tak ingat saya, tapi saya ingat mukamu di koran, kamu yang pernah datang ke restoran saya dan saya tolak. Sekarang mana tempemu, saya mau jadi langgananmu’,” ujarnya memeragakan.

Di sanalah titik balik kehidupan seorang Rustono dengan tempenya yang kian diterima masyarakat Jepang. 

Mimpi di batas langit

“Ada orang bilang langit adalah batas impian, lalu saya punya ide gimana impian saya ada di langit. Saya berfikir gimana tempenya bisa sampai langit,” ujarnya mengisahkan.

Teringat mimpinya semasa kecil yang ingin naik pesawat, ternyata kala itu pesawat Boeing tertinggi terbang diatas 13.000 mdpl. Ia pun langsung berkeinginan tempenya dimakan oleh setiap orang yang melewati ketinggian tersebut.

Tak pikir panjang ia menemui Manajer Garuda Indonesia dan sang penentu masakan dalam kabin, yaitu William Wongso.

“Saya tak meminta, cuman becerita mimpi. ‘Pak Wiliam, saya memimpikan bagaimana jika wisatawan yang mau ke Indonesia, sebelum sampai, mencoba makanan khas Indonesia dulu,” ujarnya.

Pada saat itu juga, Chicken and Rusto’s Tempe Curry menjadi menu penerbangan Garuda Indonesia dari Kyoto, Jepang ke Denpasar, Indonesia.

“Dari perjuangan itu saya belajar membuat makanan dengan cinta, dan menekuni dengan hati. Tak bisa hanya enak, tapi ada cerita di balik produknya yang dibalut perjuangan dan cinta. Itulah yang sangat membantu,” tutupnya.

Saat ini ia telah mengganti peta Jepang dengan peta dunia di rumahnya, di Prefektur Shiga, Jepang. Tempenya pun mulai tersebar di banyak negara di Eropa, Asia, dan Amerika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com