PERTH, ibu kota Western Australia, populer sebagai tujuan wisata. Maklum saja, tata kota ini memang rapi, kemacetan terkendali, lingkungan sehat, dan punya banyak bangunan bersejarah. Sebenarnya ada pesona lain yang tak kalah menarik, yaitu seni mural.
Kami mendarat di Perth International Airport pada senja yang hangat, pertengahan April lalu.
Rei Seah, Market Manager China and Indonesia for Tourism Western Australia, menjemput kami di bandara. Sepanjang perjalanan menuju hotel, perempuan itu bersemangat menunjukkan kemajuan kota ini.
(BACA: Kenapa Pilih Liburan ke Perth Ketimbang Sydney?)
Kami melintasi stadion sepak bola dengan dinding mirip batu alam berwarna kecoklatan. Bangunan itu belum kelar. ”Nanti digelar pertandingan internasional di sini,” kata Rei.
Tidak ada kemacetan lalu lintas. Mobil hanya sesekali berhenti di lampu merah. Pejalan kaki juga tak terlalu banyak. Ke mana orang-orang? Rei bilang, sebagian warga berlibur pada akhir pekan itu.
Tetapi, pada hari-hari biasa pun, jalanan tidak terlalu ramai. Dibandingkan Jakarta, dengan kemacetan yang minta ampun itu, Perth nyaris terasa lengang.
(BACA: Menjelajahi Senja dan Romantisme Kota Perth...)
Setelah rehat semalam di satu hotel di James Street, Northbridge, pagi harinya kami—rombongan wartawan dari beberapa negara Asia Tenggara atas undangan Tourism Western Australia—berjalan kaki menyusuri kota. Pagi itu sepi. Udara sedikit dingin. Kafe-kafe masih tutup.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.