Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Rasanya Makan Ulat Sagu Hidup-hidup di Raja Ampat?

Kompas.com - 18/06/2017, 12:05 WIB
Fidel Ali

Penulis

RAJA AMPAT, KOMPAS.com - Ulat sagu merupakan salah satu binatang khas Provinsi Papua. Binatang menyerupai larva ini tak jarang dikonsumsi karena kaya akan protein.

Tak jarang pula ulat sagu dikonsumsi dalam keadaan masih hidup. Apa rasanya?

Saat berkunjung ke Raja Ampat, saya mencoba makan ulat sagu saat masih hidup. Saat itu Saya sedang mengikuti Festival Kuliner Raja Ampat yang baru pertama kali dilakukan.

Di sebuah booth, ulat sagu disajikan. Beberapa ulat sagu terlihat bergerak-gerak di atas nampan beralas plastik. D tempat itu juga ditaburi sagu supaya ulatnya tetap bisa hidup dan makan.

Ulat sagu memiliki bentuk tubuh yang tambun, montok, lembek, agak sedikit kenyal. Mungkin ulat ini juga terkenal rakus, karena itu badannya cukup besar untuk ukuran ulat.

Saya mencoba ulat tersebut yang memiliki ukuran kira-kira sama dengan ujung jempol orang dewasa. Saya dianjurkan ambil bagian kepalanya supaya mudah.

Saat saya pegang, mulut ulat ini seakan hendak menggigit saya. Dan benar saja, saya beberapa kali digigit, meski tidak begitu sakit.

Saya pun kemudian memasukkan binatang yang masih meliuk-liuk itu ke mulut. Hap!

Beberapa orang di sekitar saya sebelumnya mengingatkan supaya bagian kepala jangan dimakan, tapi saya pilih sekalian saja.

Beberapa kali saya kunyah, di dalam mulut rasanya perut ulat itu pecah. Rasanya sedikit manis di lidah saya, meski beberapa kali juga saya mengecap rasa hambar.

Kemudian, saya merasa lidah dan bagian dinding mulut seperti ada yang menggigit. Mungkin karena kepala ulat itu saya makan. Tak lama, kepala ulat itu pun saya kunyah. Kriuukk. Rasanya sedikit asin. Binatang itu kemudian saya telan.

Baca: Ini Makanan Khas Raja Ampat yang Membuat Laki-laki Lebih 'Perkasa'

Ulat sagu merupakan larva dari kumbang merah kelapa yang hidup di batang sagu yang membusuk. Bahasa ilmiahnya, hynchophorus ferruginesus.

Masyarakat di Maluku dan Papua Barat sudah biasa mengonsumsi ulat sagu. Ulat ini biasanya ditemukan di pohon sagu yang sudah membusuk.

Warga atau pemburu biasanya memotong pohon tersebut, kemudian mencarinya di dalam lapisan pohon. Ulat itu berkerumun di sagu yang sudah mereka konsumsi.

Selain dimakan hidup-hidup, ulat sagu juga dapat dimakan setelah diolah dengan cara dibakar dan dijadikan sate. Saat dijadikan sate, ulat sagu rasanya lebih kenyal dan butuh waktu lebih lama saat mengunyahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com