Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Terlalu Manis, Nasi Gudeg Legendaris Ini Jadi Favorit di Yogyakarta

Kompas.com - 09/08/2017, 21:04 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Menyecap gudeg khas Yogyakarta sudah menjadi kewajiban bagi wisatawan yang baru berkunjung ke kota ini. Namun, tak sedikit wisatawan dari luar Yogyakarta dan Jawa Tengah yang kurang cocok dengan rasa manis dari gudeg yang begitu dominan.

Bagi yang ingin cita rasa berbeda dari gudeg, cobalah Gudeg B Djuminten. Warung gudeg yang sudah bertahan sejak 1926 ini ternyata punya banyak penggemar.

Lebih dari lima keluarga bersama anak-anaknya sedang guyub, makan di ruangan tujuh kali lima meter ketika KompasTravel mengunjugi Gudeg B Djuminten, Minggu (6/8/2017).

BACA: Asal-usul Gudeg dan Kisah Tentang Prajurit Mataram

Konon gudeg di sini memiliki citarasa yang berbeda dari gudeg pada umumnya, yaitu rasa manis yang tidak terlalu dominan. KompasTravel pun penasaran dan coba memesan menu spesialnya, gudeg paha ayam utuh dengan tambahan telur.

"Yang jadi ciri khas di sini itu arehnya basah. Dari kelapa asli, jadi kental kayak kuah padang," ungkap Sutrisno (38), salah satu pegawai yang dipercaya mengelola tempat pertama Gudeg B Djuminten.

Suasana di Warung Makan Gudeg B. Djuminten, Jogjakarta, Minggu (6/8/2017).KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBEL Suasana di Warung Makan Gudeg B. Djuminten, Jogjakarta, Minggu (6/8/2017).
Sutrisno mengatakan bahwa Djuminten dan keluarganya dulu memang kurang suka dengan gudeg yang dominan manis. Akhirnya, mereka coba membuat gudeg dengan areh basah yang gurih, lalu dijual di kalangan rumahnya. Tak disangka, warga sekitar rumahnya menyukai cita rasa gudeg tersebut.

Satu porsi nasi gudeg terdiri dari nasi, ayam kampung bagian paha berukuran besar, krecek, sambal, dan nangka muda. Bagian yang tentunya tetap dominan manis ialah nangka muda atau di sini disebut gori.

BACA: Gudeg Juminten di Yogyakarta yang Menjaga Kualitasnya Hampir Satu Abad

Ayam kampung yang dilumuri areh begitu gurih dan sedikit manis. Rasa gurih berasal dari bumbu daging dan areh. Areh sendiri merupakan endapan santan kelapa yang dimasak.

Kreceknya juga terasa asin, dengan sedikit pedas manis dari bumbu cokelatnya. Sambal di sini terasa lebih pedas dari gudeg pada umumnya.

Potongan ayam di gudeg ini hanya dibagi empat dari satu ekor ayam kampung utuh. Jadi, jangan kaget jika porsi ayamnya besar.

"Karena gurih arehnya ini, pelanggannya justru keturunan Tionghoa di Yogya. Banyak banget tiap hari (yang datang) bersama keluarga dan teman," ujar Sutrisno.

BACA: Selain Enak, Gudeg Juga Baik untuk Kesehatan

Untuk minumannya, yang jadi favorit di sini ialah es beras kencur. KompasTravel juga sempat mencicipi es tape yang amat segar. Rasanya manis asam, dari tape hijau yang bercampur air gula murni.

Bagi yang penasaran ingin mencoba, lokasinya tidak jauh dari Stasiun Tugu dan Malioboro. Tepat di Jalan Asem Gede No 14 Cokrodiningratan, Jetis, Kota Yogyakarta.

Gerai ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 - 20.00 WIB. Harga gudegnya berkisar Rp 10.000 untuk nasi gudeg polos, hingga Rp 45.000 untuk nasi gudeg lengkap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com