Backie adalah cara warga lokal pengendara sepeda dengan memberi tumpangan bagi turis secara cuma-cuma.
Anda hanya perlu mengidentifikasi sepeda yang dibelakangnya terdapat rangka berwarna kuning, melambai dan berteriak ‘Backie’ ke pengendara agar berhenti dan menawarkan tumpangan, dengan asumsi tujuan yang searah.
Kata Nhon lagi, setiap tahun sekitar 8.000-an sepeda diangkat dari kanal di Amsterdam. Wow! Mungkin pengemudi sepeda di sini banyak yang ‘mabuk kopi’ saking banyaknya ‘kedai kopi’ di sini, pikir saya.
Kata Nhon lagi, jika ingin minum kopi carilah kedai bertuliskan ‘Cafe’ karena memang ‘Coffee Shop’ di Amsterdam tidak berjualan kopi, melainkan ganja.
Saat kami melewati beberapa kedai makanan, perut saya mulai minta diisi. Jajanan lokal kesukaan saya adalah Patat, yaitu gorengan kentang dimakan dengan keju kental atau mayonese.
Hari sudah sore namun kota yang dikunjungi 20 juta turis setahun ini semakin padat, hingga di jalanan kecil sekalipun.
Salah satu situs tersembunyi di pusat kota Amsterdam yang sangat menarik bagi saya yang jarang diketahui para wisatawan adalah bangunan penginapan Pulitzer.
Pulitzer adalah sebuah hotel bersejarah yang merupakan warisan sejak 400 tahun yang lalu. Berlokasi di salah satu lingkungan paling cantik di pusat kota Belanda yang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.
Bangunan yang terdiri dari 25 rumah tradisional bergaya klasik Belanda tersembunyi diantara gedung-gedung lainnya. Arsitektur asli yang masih dirawat dengan sentuhan interior unik yang kontemporer membuat penginapan ini terlihat elegan dan ekslusif.
Ada empat kanal mengitari bangunan Pulitzer dengan pintu masuk di setiap sisinya, kami bisa masuk ke bar dari sisi Prinsengracht ataupun ke restoran dari sisi Keizersgracht.
Di restoran Pause kami mencoba Macaroon yang konon terkenal enak seantero Amsterdam. Saya yang kurang suka dengan kudapan manis akhirnya sependapat bahwa itu adalah Macaroon terenak yang pernah saya kunyah!
Ukurannya cukup besar, tidak terlalu manis, garing di luar tapi dalamnya lembut dan creamy. Yum.
Menurut Katrin, kebanyakan penduduk Amsterdam yang bekerja di sekitarnya menetap di sini. Memang terasa perbedaan antara pusat kota yang ramai dengan hunian yang nyaman di daerah ini.
Katrin yang bekerja di industri fashion mengajak kami ke Westcord Fashion Hotel yang terletak berseberangan dengan gedung World Fashion Center. Begitu masuk di lobi hotel langsung terlihat dekorasi fashion kental di mana-mana.
Almere
Keesokan hari, kami berkunjung ke Almere, kota di mana Nhon tinggal. Perjalanan menuju Almere dari pusat kota Amsterdam memakan waktu sekitar 30 menit dengan trem. Almere adalah kota terbaru di Belanda sebagai alternatif hunian bagi warga Amsterdam yang sudah penuh sesak.
Saat ini populasi di Almere mencapai 196.290 warga. Program pemerintah akan memperluas kota ini menjadi 350.000 penduduk pada tahun 2030.
Pembangunan kota Almere dibuat sedemikian nyaman dengan perumahan dan lingkungan asri. Fasilitas umum yang lengkap, seperti pertokoan, supermarket, mal, sekolah, rumah sakit, taman dan fasilitas olah raga.
Transportasi umum seperti kereta maupun bus tersedia untuk memudahkan warga bepergian ke kota-kota lainnya, terutama yang bekerja di Amsterdam.