Di kejauhan terlihat Katrin dan Nhon melambaikan tangan menyambut kami. Katrin hanya mengenakan rok mini dengan jaket tipis sebagai atasan dan Nhon menenteng jaket sweater hoodie ekstra buat saya. Lumayan sebagai pengganti jaket tebal saya.
Memang agak bingung untuk menentukan pakaian apa untuk dibawa saat suhu udara tak menentu seperti Amsterdam, kadang panas namun bisa mendadak dingin ataupun hujan.
Kami siap menyusuri kota yang kabarnya memiliki 800.000-an sepeda ini. Amsterdam memang terkenal dengan sepeda. Saking banyaknya, perusahaan jasa transportasi sepeda bernama Yellow Bike mengeluarkan ide baru berkeliling Amsterdam, yang disebut ‘Backie’.
Backie adalah cara warga lokal pengendara sepeda dengan memberi tumpangan bagi turis secara cuma-cuma.
Anda hanya perlu mengidentifikasi sepeda yang dibelakangnya terdapat rangka berwarna kuning, melambai dan berteriak ‘Backie’ ke pengendara agar berhenti dan menawarkan tumpangan, dengan asumsi tujuan yang searah.
Kata Nhon lagi, jika ingin minum kopi carilah kedai bertuliskan ‘Cafe’ karena memang ‘Coffee Shop’ di Amsterdam tidak berjualan kopi, melainkan ganja.
Saat kami melewati beberapa kedai makanan, perut saya mulai minta diisi. Jajanan lokal kesukaan saya adalah Patat, yaitu gorengan kentang dimakan dengan keju kental atau mayonese.
Hari sudah sore namun kota yang dikunjungi 20 juta turis setahun ini semakin padat, hingga di jalanan kecil sekalipun.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan