Cambodian Mine Action Center bekerja sama dengan organisasi non-profit asal Belgia bernama APOPO mengimpor tikus raksasa Gambia dari Tanzania, Afrika Timur. Tikus-tikus ini memiliki penglihatan buruk, namun indra penciuman luar biasa tajam, sehingga dapat menemukan bahan peledak dengan cepat.
Bong Cheni menunjuk ke arah sebuah bangunan yang kami lewati. "Itu adalah gedung Mine Detection Rats Museum. Di sana tercatat hampir 20.000 orang terbunuh sejak tahun 1979," katanya
Setelah dua jam perjalanan darat dari Poipet, kami tiba di Siem Reap. Kota pusat turis di Kamboja ini sangat sederhana dibanding dengan Phnom Phen, ibu kota negara bekas jajahan Perancis (1863 sampai 1953).
Bong Cheni menurunkan kami di lobi hotel dengan kisah tikus-nya yang belum selesai. "Saya lanjutkan ceritanya besok!" katanya.
Tepat jam empat subuh, kami dijemput Bong Cheni. Agenda hari ini adalah untuk mengunjungi kawasan kuil Angkor. Dengan membayar sewa transportasi seharga total Rp 600.000, Bong Cheni berjanji akan mengantar kami keliling kuil, sejak matahari terbit hingga terbenam.
Tiket masuk ke kawasan Angkor cukup mahal, yaitu 37 dollar AS untuk sehari, 62 dollar AS untuk tiga hari dan 72 dollar AS untuk tiket seminggu per orang.
Kami hanya membeli tiket harian. Uniknya, tiket berlatar belakang Kuil Angkor ini tercetak foto kami masing-masing, yang bisa kami bawa pulang sebagai "tanda mata".
Beberapa kuil terkenal yang sempat kami datangi adalah Angkor Wat, Phnom Bakheng, Angkor Thom, Bayon, Ta Prohm dan Ta Keo.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.