SEMARANG, KOMPAS.com - Pasar Papringan atau pasar di tengah kebun bambu kembali kembali diburu wisatawan. Tak hanya warga dari Kabupaten Temanggung saja yang memburu, namun warga luar daerah sengaja datang melihat pasar unik itu.
Pasar Papringan kini terletak Desa Ngadiprono, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung. Meski di tengah pelosok desa, pasar itu tetap diburu wisatawan.
KompasTravel ikut memburu pasar yang dibuka tiap dua minggu sekali itu pada pertengahan November 2017 ini. Perjalanan menggunakan bus dari Semarang ternyata hanya sampai di kantor balai desa setempat.
(Baca juga : 6 Hidangan Legendaris Solo di Pasar Gede)
Lokasi Pasar Papringan juga tidak jauh berbeda dengan yang dulu dibuka di Desa Caruban Kecamatan Kandangan. Lokasi baru ternyata lebih luas, dan lebih menampung lebih banyak kreativitas.
Sejumlah kerajinan dari bambu juga ada, baik untuk permainan anak-anak juga ada. Wahana mainan seperi egrang, ayunan, dan permainan lain disediakan. Setidaknya lokasi kuliner, jajanan itu dibagi-bagi dengan begitu apik.
(Baca juga : Dumbek, Makanan Tradisional Rembang yang Dibungkus Daun Lontar)
Sejumlah makanan masa lalu, atau bahkan yang mulai langka diperjualbelikan seperti Gono Jagung, kupat tahu, gudheg, gablog Pecel, pepes, sego gono. Sego kuning, gorengan, godoghan, susuk kedele, wedang tape, jajan Deso, dawet ayu, sop buah.
Sejumlah makanan khas pedesaan disajikan, antara lain soto ayam kampung, lesah ayam, sego jagung kuning, rujak lutis Lotek, gule ayam kampung, sego abang, bubur kampung, gule ayam kampung, dan lontong mangut.
Masih banyak aneka makanan lain yang dapat dinikmati. Semua yang diperjualbelikan di pasar murni hasil kreasi warga sekitar.
Founder Pasar Papringan, Singgih Susilo Kartono mengungkapkan Pasar Papringan sengaja ditaruh di desa, agar orang mulai kembali pada desa.
Lokasi berjualan pun didesain berada di bawah pohon bambu. Suasana rindangnya pohon bambu menyelimuti perjalanan siang itu.