Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/01/2018, 19:34 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

VIENTIANE, KOMPAS.com - Menyebut Mekong maka sama halnya dengan menyebut sebuah perbatasan dua negara, Thailand dan Laos.

Soal itu, tidak ada yang posesif, baik mereka yang tinggal di Watchan, Vientiane, Laos, maupun di Nong Na dan Bueng Kamphaeng di Thailand.

Untuk urusan Sungai Mekong yang membelah dua wilayah negara itu, mereka sama-sama menikmati. Namun, rasanya lebih meriah jika kita berada di sisi Vientiane.

Ini khususnya di Watchan, dan lebih khusus lagi di sekitar Taman Chao Anouvong. Sebuah halaman luas di depan taman itu dibangun menghadap ke sungai yang membelah banyak negara di Asia Tenggara tersebut.

(Baca juga : Delapan Jam Berwisata di Ibu Kota Laos)

Tentu saja keberadaannya lengkap dengan aneka jajanannya, alias street food. Contoh pertama, pedagang minuman.

"This is sayen (agaknya cayenne), this is coffee," ujarnya menyebut isi dua dari enam stoples minuman yang sudah jadi itu, yang belakangan juga populer di sejumlah mal di Indonesia.  

(Baca juga : Lima Pantangan Saat Berkunjung ke Ibu Kota Laos)

Adapun dua pilihan lainnya mudah dipahami sebagai air kelapa dan jeruk selasih, sementara isi di dua stoples lainnya entah apa.

Pedagang minuman di depan Sungai Mekong sisi VientianeDimas Wahyu Pedagang minuman di depan Sungai Mekong sisi Vientiane

Harganya masing-masing 5.000 kip atau setara Rp 8.300. Uniknya, ada tambahan susu dalam kaleng kental manis yang tersaji dalam kondisi sudah cair dan gurih, berbeda dengan susu kental manis di Indonesia.

Urusan bertanya memang susah-susah gampang ketika berada di Laos sebab tidak semua warganya bisa berbahasa Inggris.

Walau demikian, semua transaksi cukup dituntaskan dengan angka di kalkulator, ponsel, atau cukup dengan jari-jari. "Ya ya kop chai (terima kasih)," ujar mereka jika urusan transaksi beres.

Selepas halaman luas yang merupakan bagian dari proyek kerja sama dengan Korea Selatan sejak 2012 itu, ada tenda-tenda merah yang mulai dipadati barang-barang. Orang-orang menyebutnya "night market".

Tak jauh dari sekumpulan tenda itu, cumi atau cuttlefish berwarna oranye sarat bumbu sudah dipajang di dekat bara di sebuah gerobak. Di tempat lainnya ada aneka sate.

Untuk sate dengan pilihan daging sayap ayam berukuran kecil yang juga serba oranye karena sarat bumbu dan sate-sate lainnya, harga yang ditawarkan adalah 2.000-3.000 kip per tusuk.

Untuk cumi bakar, pilihannya ada yang potongan dan ada yang utuh cumi sebesar telapak tangan lebih sedikit. Masing-masing 10.000 kip dan 15.000 kip.

Satu cumi bakar pun ditunjuk. Lalu, setelah satu-dua menit diasapkan dan dipotong-potong, daging cumi akan "dimandikan" semacam kecap cabai yang kental. Aroma arang yang menyatu dengan penganan ini langsung terasa, begitu juga cubitan pada lidah karena pedas.

Pedagang cumi bakar di depan night market pinggir Sungai MekongDimas Wahyu Pedagang cumi bakar di depan night market pinggir Sungai Mekong

"Vietnam, Vietnam," ujarnya asal jawab ketika ditanya makanan ini disebut apa di Laos. Mungkin ia kira, yang ditanya adalah daerah asal cuttlefish tersebut. 

Total 20.000 kip dihabiskan pada sore itu. Kira-kira setara Rp 33.000. Lalu setelah malam datang, area tersebut memang kian ramai. Namun, jangan membayangkan keramaian seperti pasar malam di Indonesia.

Ramainya memang sesekali sedikit ekstrem, tepatnya ramai suara, jika sebuah mobil pikap yang dibikin ceper lewat dengan suara knalpot sport dan suara musik jedang-jedung dari kabinnya. Begitu kira-kira kultur kumpul-kumpul malam hari di pinggir Mekong ini.

Di luar itu, pinggiran sungai dan gang-gang di sekitar tempat penginapan cukup senyap, apalagi jika jarum jam sudah menunjuk pukul 21.00.

Rupanya, Vientiane tidak sebegitu menyala saat malam. Di kota kapital yang hanya berpenduduk satu juta jiwa (DKI Jakarta hampir 11 juta jiwa), sesekali ada kafe yang masih diramaikan oleh orang-orang yang ngobrol.

Kebanyakan dari mereka adalah warga negara Barat usia 50-60 tahun. Cukup banyak warga Barat seusia itu di kawasan turis dekat Sungai Mekong ini. Mungkin senyapnya, alih-alih ketenangan kawasannya, yang membuat mereka betah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Antisipasi Lonjakan Saat Libur Nataru, Surabaya Perbanyak Petugas dan Terapkan Kapasitas

Antisipasi Lonjakan Saat Libur Nataru, Surabaya Perbanyak Petugas dan Terapkan Kapasitas

Travel Update
Pameran Jalur Rempah: Lokasi, Jam Buka, Harga Tiket

Pameran Jalur Rempah: Lokasi, Jam Buka, Harga Tiket

Travel Update
10 Tempat Wisata Viral Sepanjang 2023, Curug hingga Jembatan Kaca

10 Tempat Wisata Viral Sepanjang 2023, Curug hingga Jembatan Kaca

Travel Update
15 Wisata Puncak yang Hits buat Liburan Tahun Baru 2024

15 Wisata Puncak yang Hits buat Liburan Tahun Baru 2024

Jalan Jalan
Pameran Jalur Rempah Digelar di Jakarta, Cuma sampai 31 Desember

Pameran Jalur Rempah Digelar di Jakarta, Cuma sampai 31 Desember

Travel Update
Rute ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, 20 Menit dari Malioboro 

Rute ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, 20 Menit dari Malioboro 

Travel Tips
Alasan Puncak Masih Diminati Warga untuk Rayakan Tahun Baru

Alasan Puncak Masih Diminati Warga untuk Rayakan Tahun Baru

Hotel Story
Taman Nasional Way Kambas Buka Lagi 20 Desember, Bisa Mandikan Gajah

Taman Nasional Way Kambas Buka Lagi 20 Desember, Bisa Mandikan Gajah

Travel Update
Berdiri di Perahu untuk Selfie, Turis di Venesia Jatuh ke Kanal

Berdiri di Perahu untuk Selfie, Turis di Venesia Jatuh ke Kanal

Travel Update
6 Wisata Perosotan Pelangi di Jawa Tengah, Meluncur di Hutan Pinus

6 Wisata Perosotan Pelangi di Jawa Tengah, Meluncur di Hutan Pinus

Jalan Jalan
Palembang Kejar Target 2,3 Juta Kunjungan Wisatawan hingga Akhir Tahun

Palembang Kejar Target 2,3 Juta Kunjungan Wisatawan hingga Akhir Tahun

Travel Update
Kunjungan Turis Asing ke Sri Lanka Tembus 1,27 Juta Orang

Kunjungan Turis Asing ke Sri Lanka Tembus 1,27 Juta Orang

Travel Update
Erupsi Merapi 8 Desember 2023, Wisata Lava Tour di Yogyakarta Tidak Terdampak

Erupsi Merapi 8 Desember 2023, Wisata Lava Tour di Yogyakarta Tidak Terdampak

Travel Update
3 Aktivitas di Swarnabhumi Harau, Nginap di Kabin Berlatar Tebing Tinggi

3 Aktivitas di Swarnabhumi Harau, Nginap di Kabin Berlatar Tebing Tinggi

Travel Update
5 Tips Berkunjung ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Datang Saat Cerah

5 Tips Berkunjung ke MuseumKu Gerabah Yogyakarta, Datang Saat Cerah

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com