PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Airnya tenang dan relatif belum terkontaminasi limbah. Warnanya pekat mengandung endapan humus. Ia menjadi habitat ikan-ikan air tawar endemik khas Kalimantan, seperti seluang, haruan, baung, kapar, lais, dan toman.
Itulah Danau Masoraian, yang membentang sepanjang 4,5 kilometer di antara kelokan besar sisi timur Sungai Lamandau, Namanya terlalu kecil mungkin untuk dimasukkan dalam bentangan peta nasional Indonesia.
Baca juga : Sensasi Berenang di Sungai Hitam Pedalaman Kalimantan
Meski begitu, keaslian alamnya yang masih terjaga, dan ketenangan suasananya, sangat pas bagi penyuka wisata khusus di alam bebas yang otentik.
Di sekitarnya hutan lahan basah terhampar. Sejumlah pepohonan endemik Kalimantan masih bisa dijumpai. Batang-batang pohon di sana menjadi penampung air yang alami. Hutan ini juga masih menjadi wadah yang nyaman bagi satwa seperti lutung, musang, bekantan, dan berbagai rupa burung.
Baca juga : Selain Tanjung Puting, Ini Wisata Unggulan Kotawaringin Barat
Kompas.com tiba di destinasi yang berjarak 40 kilometer dari Kota Pangkalan Bun ini dalam sebuah trial trip bersama beberapa wisatawan, dan tour operator, Sabtu (31/3/2018) menjelang petang.
Trip ini bukan hanya untuk menikmati ketenangan alam danau. Komunitas Karya Masoraian, yang mengemas paket wisata ini, juga mengajak pengunjung melihat dari dekat aktivitas nelayan tradisionalnya.
Kami disuguhi pengalaman menginap semalam di atas lanting, pondok terapung (floating), yang biasanya menjadi tempat rehat dan menginap nelayan tradisional setempat.
Baca juga : Tanjung Puting dan Budaya Dayak Dipromosikan di Berlin
"Kami ingin mengemas wisata di danau ini juga untuk menjaga hutan, satwa, ikan dan lingkungan di sekitar sini," tutur Ujang Kusnadi, pemandu trial trip ini.
Menikmati Kesunyian Malam
Lalu, susur danau dengan sampan, tanpa mesin, di malam hari. Beruntung, malam itu cuaca cerah, dan bulan tampak. Tanpa perlu menyalakan senter, berada di kesunyian malam mengingatkan kembali bahwa ada hal lain di luar hiruk-pikuk kota dan gemerlap cahaya, yang secara alami pantas dinikmati.
Beberapa nelayan, tampak masih beraktivitas dalam senyap. Ada yang sedang memasang perangkap ikan, ada yang masih mengecek dan memanen ikan-ikan tangkapan. "Kalau kita pasang perangkap sore atau malam, besok pagi tinggal mengecek hasilnya," kata Ujang.
Nelayan di Masoraian punya banyak teknik tradisional menangkap ikan. Selain memancing, mereka juga menebar pukat yang dipasang pada tepi-tepi danau. Ada yang disebut teknik merawai, memasang pancing-pancing pada deretan tali. Selain itu ada yang disebut teknik pengilar, berupa jebakan pada keranjang kota berjaring.
Saat malam beranjak naik, suara-suara satwa malam makin banyak terdengar. Nada-nada suara itu terdengar murung. "Ya itulah suara pungguk yang merindukan bulan," kata Ujang.