Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembali ke Alam, Berwisata ke Danau Masoraian

Kompas.com - 03/04/2018, 11:15 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

Situasi itu berbeda dengan keceriaan kicauan burung-burung, yang esok paginya kami nikmati.

Trekking di Hutan

Hutan menjadi faktor utama pendukung eksistensi Danau Masoraian. Menariknya, kendati tergolong hutan lahan basah, namun, tidak sepanjang masa hutan ini digenangi air, tergantung musim air dalam atau surut.

Kendati begitu, yang menyangga hutan itu sebagiannya bukan lahan gambut, melainkan tergolong tanah mineral yang berwarna kuning. Dengan kondisi ini, hutan di Masoraian menjadi arena trekking yang menyenangkan. Dan itulah yang kami lakukan pada Minggu (1/4/2018) pagi harinya.

Sebagai lahan basah, vegetasi di dalamnya masih cukup beragam, seperti rengas, rotan, kelara, dan kelait. Dua nama terakhir (kelara dan kelait) cukup unik. Batangnya tak terlalu besar, namun mampu menyimpan air. Saat kehausan di tengah hutan ia jadi solusi.

Pemandu kami memotong dahan kelara dan kelait dengan diameter sekitar 5 centimeter saja. Namun, wow, pada potongan dahan itu menetes air dengan derasnya, yang bisa langsung diminum. "Ya silakan langsung diminum," kata Majeni, pemandu lainnya.

Hal yang menakjubkan lainnya, di sini masih terdapat pohon tua dengan diameter lebih dari 3 meter! Pada dasar pohon itu terdapat rongga seperti goa, yang bisa menjadi tempat berteduh. "Sangat impresif, nice!" cetus Malika Boel, wisatawan asal Belanda, yang datang bersama suaminya, Deep Boel.

Herry Roustaman, salah seorang wisatawan di destinasi Danau Masoraian, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah mencicipi air alami yang terkandung pada dahan pohon kelara, tanaman endemik Pulau Kalimantan, Minggu (1/4/2018).KOMPAS.com/BUDI BASKORO Herry Roustaman, salah seorang wisatawan di destinasi Danau Masoraian, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah mencicipi air alami yang terkandung pada dahan pohon kelara, tanaman endemik Pulau Kalimantan, Minggu (1/4/2018).
Bukan sekali dua, Deep dan Malika melontarkan kekagumannya itu dalam trip ini. Bagi mereka wisata petualangan memang bukan hal asing. Mereka adalah wisatawan yang telah bekeliling dunia selama 8 tahun, dengan menggunakan yacht. Air tentu saja menjadi bagian dari keseharian mereka.

Namun, danau air tawar di tengah Pulau Kalimantan, dan hutannya, ini merupakan kemewahan bagi mereka. "Ini sangat indah. Kita harus melindungi hutan-hutan di sini," kata Malika.

Alternatif Tanjung Puting

Herry Roustaman dan Aidi Syarifudin, dua tour operator yang sudah kenyang pengalaman mengawal wisatawan di Taman Nasional Tanjung Puting pun mengakui, destinasi Masoraian, potensial dijual.

"Suara burung aku dengar lebih banyak dari di Camp Leaky Tanjung Puting," tutur Herry.

Deep Boel, seorang wisatawan asal Belanda, memasuki lorong pada batang pohon rengas berdiameter lebih dari 3 meter di hutan Danau Masoraian, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Minggu (1/4/2018).KOMPAS.com/BUDI BASKORO Deep Boel, seorang wisatawan asal Belanda, memasuki lorong pada batang pohon rengas berdiameter lebih dari 3 meter di hutan Danau Masoraian, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Minggu (1/4/2018).
"Hutannya menyenangkan untuk trekking. Kalau air dalam, hutan ini tetap bisa ditelusuri dengan mengayuh sampan ke dalamnya. Sebelum ke Tanjung Puting, orang bisa pergi ke sini," timpal Aidi.

Destinasi ini memang bisa jadi alternatif bagi wisatawan selain Tanjung Puting, yang dikenal sebagai rumah orangutannya Kalimantan. Apalagi, perjalan ke Masoraian bisa dipadu dengan kunjungan ke situs sejarah Astana Alnursari dan Masjid Kiai Gede, peninggalan Kesultanan Kotawaringin.

Lokasi ini pun cukup mudah diakses. Dari Pangkalan Bun hanya perlu waktu kurang dari 1,5 jam ke Kecamatan Kotawaringin Lama, sebelum wisatawan mulai menikmati perjalanan air sekitar 30 menit ke Masoraian. Bila jalan ke Kotawaringin Lama sudah full aspal, waktu perjalanan darat bisa dipangkas menjadi kurang dari 1 jam.

Malika dan Deep mengusulkan, Masoraian lebih mempertegas identitasnya sebagai wisata adventure yang melebur dengan kehidupan sehari-hari masyarakat lokal.

"Karena banyak mass tourism di Asia. Harus ditekankan di sini wisata petualangan," kata Malika.

Batang pohon rengas berdiameter sekitar 3 meter masih ada di hutan Danau Masoraian, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Minggu (1/4/2018). Pohon ini diperkirakan berusia lebih 100 tahunKOMPAS.com/BUDI BASKORO Batang pohon rengas berdiameter sekitar 3 meter masih ada di hutan Danau Masoraian, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Minggu (1/4/2018). Pohon ini diperkirakan berusia lebih 100 tahun
Hanya saja, ada ancaman yang harus diantisipasi bagi keberlangsungan destinasi Masoraian. Beberapa nelayan mengeluhkan adanya segelintir orang yang menggunakan selambau atau pukat besar yang menutup jalur ikan di muara danau.

Menurut mereka, penggunaan selambau bisa mengancam kelestarian ikan. Mereka berharap pemerintah bisa mengatasi masalah ini. "Ini ada sejak 2015," kata Tatang, salah seorang nelayan di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Hotel Indonesia Masuk Daftar Hotel Terbaik di Asia 2024 Versi TripAdvisor

5 Hotel Indonesia Masuk Daftar Hotel Terbaik di Asia 2024 Versi TripAdvisor

Travel Update
[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

Travel Update
8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com