Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atraksi Kebudayaan di PLBN Motaain Akan Tarik Wisatawan Timor Leste

Kompas.com - 06/10/2018, 10:03 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

ATAMBUA, KOMPAS.com - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya meyakini Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain di Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah itu.

Oleh karena itu, menurut Menpar, pemerintah dan masyarakat setempat harus banyak menyajikan atraksi yang menarik.

Hal itu disampaikan Arief saat mengunjungi PLBN Motaain, Kamis (4/10/2018).

Saat berkunjung ke PLBN Motaain, Arief didampingi Bupati Belu Willybrodus Lay, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu, serta sejumlah pejabat Kementerian Pariwisata, seperti Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Ni Wayan Giri Adnyani, Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Ricky Fauzi, dan Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti.

Baca juga: Hadiri Festival Wonderful Indonesia di Atambua, Menpar Menari Likurai

Menurut Arief, PLBN ini merupakan bagian dari Nawacita Presiden Joko Widodo, yaitu membangun dari daerah terluar.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyempatkan diri melihat langsung pohon Asam Jokowi di Desa Tulakadi, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (4/10/2018). Pada tahun 2014, Presiden Joko Widodo, pernah singgah dan duduk bercerita dengan warga setempat, serta memberikan uang sebanyak Rp 112 juta kepada warga.KOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE Menteri Pariwisata Arief Yahya menyempatkan diri melihat langsung pohon Asam Jokowi di Desa Tulakadi, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (4/10/2018). Pada tahun 2014, Presiden Joko Widodo, pernah singgah dan duduk bercerita dengan warga setempat, serta memberikan uang sebanyak Rp 112 juta kepada warga.
Menpar juga melihat bagaimana layanan imigrasi dan bea cukai yang baik terhadap wisatawan dari Timor Leste masuk ke Indonesia.

Baca juga: Menpar: Ayo Datang ke Atambua, Nonton Festival Cross Border!

Menurutnya, keberadaan PLBN Motaain dan layanannya yang baik sangat penting dalam mengembangkan wisata perbatasan.

"Kesan pertama saya ketika sampai di Pos Lintas Batas Negara ini adalah keren sekali. Jadi benar bahwa kita memiliki kebanggaan atas kedaulatan bangsa Indonesia," ujar Arief Yahya.

Ia mengatakan, pariwisata perbatasan atau border tourism jumlahnya sangat besar di dunia. Ia mencontohkan negara-negara di Eropa yang jumlah kunjungan wisatawannya besar karena ditunjang dengan border tourism.

Baca juga: Di Belu NTT, Sebuah Pohon Asam Dinamakan Jokowi

Seperti Perancis yang setiap tahunnya mencapai 80 juta atau Spanyol yang mencapai 85 juta wisatawan. Begitu juga dengan negara-negara kecil di Eropa yang memiliki jumlah wisatawan mencapai 10 juta karena ditopang oleh wisatawan perbatasan yang baik.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyempatkan diri melihat langsung pohon Asam Jokowi di Desa Tulakadi, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (4/10/2018). Pada tahun 2014, Presiden Joko Widodo, pernah singgah dan duduk bercerita dengan warga setempat, serta memberikan uang sebanyak Rp 112 juta kepada warga.KOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE Menteri Pariwisata Arief Yahya menyempatkan diri melihat langsung pohon Asam Jokowi di Desa Tulakadi, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (4/10/2018). Pada tahun 2014, Presiden Joko Widodo, pernah singgah dan duduk bercerita dengan warga setempat, serta memberikan uang sebanyak Rp 112 juta kepada warga.
Oleh karena itu, lanjut Arief, Kemenpar terus mengembangkan pariwisata perbatasan yang saat ini baru memberikan kontribusi sebesar 18 persen di Indonesia.

"Pariwisata perbatasan saat ini yang berjalan baru ada di Kepri (Kepulauan Riau) dan berhasil. Tapi kenapa hanya di Kepri? Padahal kita punya banyak titik sentuh dengan negara lain seperti di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan di NTT, khususnya di Belu atau Atambua ini," ujar Arief.

Khusus di Atambua, Arief melihat dengan adanya PLBN Motaain yang begitu baik, maka faktor aksesibilitas sudah tidak ada kendala. Yang perlu didorong adalah menghadirkan atraksi agar dapat menarik minat besar wisatawan, khususnya wisatawan dari Timor Leste.

Salah satu atraksi yang bisa dibuat adalah menawarkan wisata belanja kepada wisatawan dari Timor Leste dengan barang-barang yang lebih lengkap atau juga lebih murah dari yang ada di Timor Leste. Lokasi yang bisa dijadikan kawasan wisata belanja adalah di area atau kawasan PLBN Motaain itu sendiri.

Seperti halnya yang ada di Bandara Changi Singapura, dimana sedari awal bandara tersebut dibuat tidak hanya sebagai pintu masuk wisatawan melalui udara, tapi juga sebagai destinasi wisata.

Maka tidak heran jika masyarakat Singapura banyak membawa anak dan keluarganya untuk jalan-jalan di akhir pekan.

Padang Sabana Fulan Fehan, Atambua, NTT.KOMPAS/IWAN SETIYAWAN Padang Sabana Fulan Fehan, Atambua, NTT.
"Sekali kita disini lebih lengkap, maka orang Timor Leste akan selalu belanja disini. Saya yakin di sini juga bisa jadi atraksi wisata untuk akhir pekan. Tidak hanya dari Timor Leste tapi juga dari Belu. Semakin banyak wisatawan yang datang dari dua negara maka akan semakin bagus. Jadikanlah pasar itu hidup disini, dan itu akan menjadi daya tarik tersendiri untuk tetangga sebelah," jelasnya.

Arief juga mendorong agar event-event besar digelar di Atambua untuk bisa menarik kunjungan wisatawan. Mulai dari agenda musik, budaya, ataupun event-event yang memaksimalkan potensi sumber daya alam atau keindahan alam yang ada di Atambua, dan NTT pada umumnya.

"Kita sudah dapat aksesnya (PLBN), yang belum atraksinya, maka saya dengan mudah kalau rekan-rekan Kemenpar minimal membuat empat atraksi besar di Atambua, saya akan langsung setuju. Karena cara paling mudah untuk menjaring ribuan wisman adalah melalui overland atau border tourism," ucapnya.

Arief juga tidak terlalu khawatir untuk amenitas. Karena dengan konsep Nomadic Tourism yang terus digalakkan Kemenpar, maka hal-hal penting dalam menjaring wisatawan sudah dapat teratasi.

"Yang paling bagus adalah nomadic tourism. Nomor satu adalah karavan, kedua kemah. Pilihlah spot-spot terindah di Belu untuk menjadi lokasi. Atau juga homepod. Intinya adalah buat amenitas yang mudah untuk berpindah-pindah dan tidak harus mahal. Silakan buat dan nanti akan kita undang investor untuk mengembangkan nomadic tourism disini," kata Arief Yahya.

Pariwisata Arief Yahya berpose bersama Kampung Wehas, Desa Tulakadi, Kecamatan Tasifeto, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara TimurKOMPAS.com/Sigiranus Marutho Bere Pariwisata Arief Yahya berpose bersama Kampung Wehas, Desa Tulakadi, Kecamatan Tasifeto, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Belu untuk memperbanyak agenda wisata di PLBN Motaain.

Idealnya, menurut Marius, tidak hanya agenda seni budaya, tetapi juga ada orkestra-orkestra modern yang bisa ditampilkan secara reguler.

"Kita melihat ruangan-ruangan yang ada di PLBN itu kan sangat memungkinkan untuk pertunjukan seni musik, drama dan tarian. Jadi banyak sekali hal yang bisa digunakan oleh pemerintah atau masyarakat dalam rangka menjadikan Atambua sebagai destinasi wisata yang menarik di daerah perbatasan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com