Rumah terakhir yang ditunjukkannya ialah rumah besar Bisikoja, seperti aula yang berfungsi menggelar pertemuan, dan perayaan.
Kami berkesempatan masuk ke salah satu rumah khusus wanita, berukuran tujuh kali lima meter. Di dalamnya memang terkesan gelap, tanpa lampu listrik. Rumah itu memiliki ruang-ruang seperti kamar tidur, dapur, dan gudang.
"Ini nggalah, tempat taruh makanan untuk perayaan adat," kata Hilarius menujuk keranjang-keranjang yang banyak digantung di tengah rumah.
Dari belasan rumah adat yang kami sambangi, ada satu ukiran yang hampir di setiap rumah memilikinya. Ukiran itu adalah ukiran manusia berjejer sembari berjabat tangan.
Menurut Hilarius, lukisan tersebut wajib ada, karena melambangkan persatuan warga.
Uniknya, tidak semua warga tinggal di rumah huni desa adat ini. Bahkan kurang dari 30 persen warga yang tinggal. Mereka lebih banyak tinggal di rumah-rumah biasa, yang dibangun di sekitar desa adat ini.
"Tidak semua, nanti kalau liburan atau pas ada waktu baru menginap di rumah-rumah ini," tuturnya.
Walau begitu, tetap ada warga yang tinggal secara permanen di rumah-rumah adat tersebut. Biasanya yang berusia cukup tua dan memiliki jabatan di Desa Adat Wologai.
Bagi Anda yang suka wisata budaya, tentu tempat ini sangat menarik. Selain bisa melihat keunikan arsitektur kampung, Anda bisa bercengkrama dengan masyarakat adat yang ramah dan terbuka dengan wisatawan. Tentunya dengan masih menjaga sopan santun sebagai tamu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.