Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Edelweis Jadi Komoditas Komersial

Kompas.com - 07/11/2018, 13:07 WIB
Andi Hartik,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Rencana Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) untuk membentuk desa wisata edelweis di desa penyanggah akan segera terwujud.

Untuk saat ini, masih ada dua desa yang sudah siap menjadi desa wisata untuk bunga abadi itu. Yakni Desa Ngadisari di Kabupaten Probolinggo dan Desa Wonokitri di Kabupaten Pasuruan.

Kedua desa wisata edelweis itu akan diluncurkan dalam Festival Land of Edelweis yang akan berlangsung di Pendopo Agung Desa Wonokitri, Sabtu (10/11/2018) nanti.

Baca juga: Saat Mendaki, Jangan Pernah Ganggu Edelweis...

Dengan demikian, edelweis yang merupakan kembang tana layu menurut penduduk lokal akan menjadi komoditas komersial. Sebab selain untuk konservasi, bunga keabadian itu juga akan diperjualbelikan kepada wisatawan.

"Jadi ini bertujuan untuk konservasi, ritual dan ekonomi sekaligus," kata Kepala TNBTS, John Kennedie dalam konferensi pers di Kantor TNBTS di Kota Malang, Selasa (6/11/2018).

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) John Kennedie dalam konferensi pers di Kantor TNBTS di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (6/11/2018). KOMPAS.com/ANDI HARTIK Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) John Kennedie dalam konferensi pers di Kantor TNBTS di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (6/11/2018).
Terdapat tiga jenis tanaman edelweis di kawasan hutan Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Yakni Anaphalis Javanica, Anaphalis Visida, dan Anaphalis Longifolia.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.20/MenLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi, edelweis jenis Anaphalis Javanica ditetapkan sebagai tanaman yang dilindungi.

Baca juga: Cara Mendapat Sunrise Terbaik di Penanjakan Bromo Tengger

Berdasarkan peraturan itu, John mengatakan bahwa desa wisata edelweis itu merupakan wisata konservasi karena membudidayakan tanaman yang dilindungi.

Selain itu, edelweis juga merupakan salah satu komoditas dalam pelaksanaan ritual masyarakat Suku Tengger. Kembang tana layu itu harus ada dalam sesaji ritual masyarakat yang mendiami area penyanggah kawasan TNBTS tersebut.

Baca juga: Petik Edelweis di Gunung Semeru, Pendaki Ini Dilarang Mendaki Seumur Hidup

Dengan begitu, masyarakat yang biasanya mengambil edelweis dari dalam kawasan hutan, bisa mengambil bunga itu dari hasil budidayanya.

Masyarakat Suku Tengger lereng Gunung Bromo di Dusun Wonomerto, Desa Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, membudidayakan bunga edelweis, Jumat (8/6/2018). Mereka membudidayakan bunga keabadian itu untuk keperluan upacara adat karena populasi bunga yang statusnya dilindungi itu terus menyusut seiring dengan pengambilan secara liar.KOMPAS.com/ANDI HARTIK Masyarakat Suku Tengger lereng Gunung Bromo di Dusun Wonomerto, Desa Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, membudidayakan bunga edelweis, Jumat (8/6/2018). Mereka membudidayakan bunga keabadian itu untuk keperluan upacara adat karena populasi bunga yang statusnya dilindungi itu terus menyusut seiring dengan pengambilan secara liar.
Tujuan lainnya adalah sebagai komoditas komersial. Budidaya edelweis dalam luasan lahan tertentu dibuka untuk wisatawan. Tidak hanya itu, edelweis itu juga akan diperjualbelikan kepada pengunjung dan diharapkan mampu menjadi penopang ekonomi masyarakat.

"Festival Land of Edelweis merupakan langkah awal dalam upaya melestarikan edelweis, melestarikan kearifan lokal budaya Tengger sekaligus memberikan peluang peningkatan ekonomi masyarakat," katanya.

John mengatakan, ribuan benih edelweis hasil penangkaran telah ditanam di dua desa tersebut. Untuk di Desa Ngadisari, tanaman edelweis yang tumbuh sekitar 1.000 batang. Sedang di Desa Wonokitri terdapat sekitar 5.600 tanaman. Tersebar di rumah warga, pinggir jalan dan lahan yang diperuntukkan sebagai wisata selfie.

"Ke depan harapan kita pengunjung lokal mancanegara berkunjungnya tidak hanya melihat keindahan alam, tapi juga ke wisata edelweis. Ini satu-satunya desa wisata edelweis di dunia," katanya.

Salah satu tokoh masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadisari, Supoyo memastikan, edelweis yang akan dijual oleh masyarakat kepada wisatawan merupakan edelweis hasil budidaya. Bukan edelweis yang mengambil dari kawasan hutan.

"Jadinya yang dijual-jual di pinggir jalan itu bukan yang diambil dari kawasan. Tetapi justru mereka ikut membudidayakan melalui kelompok tani edelweis," kata pria yang juga merupakan anggota DPRD Kabupaten Probolinggo itu.

Masyarakat Suku Tengger lereng Gunung Bromo di Dusun Wonomerto, Desa Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, membudidayakan bunga edelweis, Jumat (8/6/2018). Mereka membudidayakan bunga keabadian itu untuk keperluan upacara adat karena populasi bunga yang statusnya dilindungi itu terus menyusut seiring dengan pengambilan secara liar.KOMPAS.com/ANDI HARTIK Masyarakat Suku Tengger lereng Gunung Bromo di Dusun Wonomerto, Desa Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, membudidayakan bunga edelweis, Jumat (8/6/2018). Mereka membudidayakan bunga keabadian itu untuk keperluan upacara adat karena populasi bunga yang statusnya dilindungi itu terus menyusut seiring dengan pengambilan secara liar.
Kepala Desa Wonokitri, Iksan mengatakan, keberadaan desa edelweis itu sangat membantu perekonomian desa melalui sektor wisata. Menuut Iksan, masyarakat Suku Tengger di desanya mulai beralih profesi dari petani ke penyediaan jasa sektor wisata.

"Pada 2007 kehidupan di desa kami masih mengandalkan cocok tanam. Sekarang seiring dengan perkembangan pariwisata, di situ sudah 60 persen (masyarakat) mulai melirik penjualan jasa wisata. Baik transportasi, perjualan pernak-pernik, suvenir serta makan dan minuman ringan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com