“Warga Suku wajib melaksanakan ritual ini setiap tahun untuk mensyukuri hasil panen di tahun lama, baik panen bagus maupun gagal. Sekaligus dalam ritual itu meminta restu Sang Pemilik Alam Semesta, leluhur Suku Saghe dan alam itu sendiri agar apa yang ditanam di tahun baru berlimpah hasilnya. Jika warga Suku Saghe tidak melaksanakan ritual ini di Mbaru Gendang maka di tahun baru itu dalam kalender tanam dilarang menanam padi, jagung dan lain sebagainya di lahan kering dan ladang wilayah ulayat Suku Saghe,” jelasnya.
Djala menjelaskan, ritual-ritual adat yang diwariskan leluhur Suku Saghe sangat bersentuhan dengan alam semesta. Alasannya, yang diwariskan secara lisan bahwa alam memberikan kemurahan dan rezeki bagi kelangsungan hidup manusia termasuk warga Suku Saghe.
Jadi segala pekerjaan yang bersentuhan dengan pertanian lahan kering selalu bersentuhan dengan alam semesta. Saat ritual ghan woja itu, aturan-aturan lisan adat harus ditaati oleh seluruh warga Suku.
“Saat ritual itu dilangsungkan nama leluhur Suku Saghe diinformasikan secara terus menerus agar generasi penerus Suku Saghe tidak melupakan nenek moyangnya. Nama-nama leluhur dituturkan dalam ritual dengan seekor ayam,” katanya.
Fransiskus Ndolu, tua adat Suku Saghe kepada KompasTravel di kediamannya di Kampung Waekolong, Jumat (2/11/2018) menjelaskan tradisi ghan woja bisa diterjemahkan sebagai tahun baru adat. Hal ini juga menandakan batas tahun lama dan menerima tahun baru dalam kalender adat pertanian orang di kawasan Selatan dari Manggarai Timur.
Yang unik dan langka, lanjut Ndolu, saat ritual adat ghan woja juga dilangsungkan ritual kedha rugha manuk (injak telur ayam kampung) bagi istri dari anak-anak laki-laki Suku Saghe yang belum melaksanakannya.
Saat ritual ghan woja, istri dari anak laki-laki sudah menyatu dan sah sebagai warga mbaru gendang (rumah adat) Suku Saghe, walaupun secara pribadi sudah melaksanakan kedha rugha manuk di rumah masing-masing orangtua mereka. Artinya juga bahwa para istri bisa injak dan masuk dalam rumah adat.
“Ritual adat ghan woja 2018 ini ada 11 istri yang sudah menikah dengan anak laki-laki Suku Saghe melaksanakan ritual kedha rugha manuk di pintu masuk rumah adat (mbaru gendang) Suku Saghe. Jadi ritual ini menandakan bahwa segala keperluan adat di Suku Saghe wajib diikuti di tahun mendatang,” katanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.