Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Butuh Perjuangan Berat Menuju Pantai Pink di Lombok Timur

Kompas.com - 20/11/2018, 15:02 WIB
I Made Asdhiana

Editor

SELONG, KOMPAS.com - Untuk mencapai Pantai Pink, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, memang benar-benar memerlukan perjuangan berat. Perut dikocok-kocok sepanjang 2 kilometer mengikuti jalan tanah berbatu serta berlubang.

Bahkan debu pekat menerpa para pengendara roda dua, apalagi kalau kendaraannya tepat berada di belakang roda empat. Mau tidak mau harus berhenti dahulu menunggu roda empat itu menjauh.

Menunggu juga bukan hal yang menyenangkan. Mata wisatawan tidak disajikan pemandangan nan indah melainkan pohon-pohon meranggas di wilayah Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Rinjani Timur atau dikenal dengan nama hutan Sekaroh.

Baca juga: Nasi Kaput, Nasi Khas dari Lombok Timur, Apa Isinya?

Suasana demikian mulai berlangsung di batas Desa Sekaroh, Kecamatan Jero Waru. Debu dari tanah menempel di kaca roda empat hingga mengganggu pengemudi. Pengemudi pun harus memiliki kelihaian untuk bermanuver di jalan yang menanjak.

Memang bisa dikatakan, jalur yang brutal. Sehingga wajar saja banyak orang ngeri untuk menapaki ruas jalan itu, yakni, ruas jalan menuju pantai nan eksotis di Lombok Timur yang dikenal dengan nama Pantai Pink.

Pantai Tangsi atau Pantai Pink di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, Nusa Tenggara BaratKOMPAS.com/KARNIA SEPTIA Pantai Tangsi atau Pantai Pink di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat
Nama Pantai Pink ini mulai mengemuka setelah viral di media sosial sehingga banyak wisatawan lokal maupun mancanegara penasaran dan ingin membuktikan pasir pantai yang bisa berwarna pink itu.

"Memang kondisi jalan banyak dikeluhkan oleh pengunjung," kata Abdullah, salah seorang pedagang makanan dan minuman di obyek wisata tersebut.

Baca juga: 5 Kuliner Khas Bali-Lombok Selain Ayam Taliwang dan Bebek Betutu

Setelah menapaki ruas jalan selama sekitar 45 menit, pengunjung akan menemui jalan bercabang yang satu ke arah Pantai Pink dan satu lagi ke Tanjung Ringgit. Pengendara harus mengambil jalan ke arah kiri.

Menjelang sampai jalan bercabang itu, jika melihat ke arah kiri jalan akan terlihat sekilas pemandangan nan indah dengan laut biru tua dan biru muda serta pantai putih hingga memaksa ingin segera mencapai pantai yang banyak disebut-sebut oleh para penghuni medsos itu.

Setelah berbelok ke arah kiri, dengan jalan semi permanen. Bentangan alam nan ciamik mulai terbuka lebar bak pertunjukan teater saat tirai dibuka perlahan-lahan.

Pantai Pink di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.SENDY ADITYA SAPUTRA Pantai Pink di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Terbayar sudah perjuangan panjang dikocok-kocok perut pengunjung menapaki ruas jalan penuh perjuangan itu, sembari tidak memikirkan bagaimana pulang kembali ke Desa Sekaroh yang tentunya akan menapaki jalan yang sama tersebut.

"Informasinya jalan akan diaspal pada tahun depan. Yang jelas kami berharap segera diperbaiki hingga akan lebih banyak lagi pengunjungnya," kata Abdullah yang mengaku sudah 25 tahun berjualan di lokasi tersebut.

Mungkin karena banyak wisatawan yang mengetahui kondisi ruas jalan yang buruk itu, maka banyak wisatawan yang tiba di sana menyewa perahu dari Pantai Kuta Mandalika. Dengan menyewa perahu Rp 350.000 pengunjung akan dibawa ke Pantai Pink I, Pink II dan Batu Payung.

"Saya sewa perahu bersama rombongan dari Lombok Timur," kata Eva, pengunjung asal Jakarta, sehingga dirinya tidak melewati jalan yang buruk tersebut.

Dari Bandara International Lombok (BIL) menuju kawasan Pantai Pink sekitar 100 kilometer dengan waktu tempuh sekitar dua jam perjalanan darat.

Pantai Pink, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.DWI LASKAR PELANGI Pantai Pink, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Selain jalan yang buruk juga tidak ada tempat bilas atau berganti baju bagi pengunjung yang sudah berenang di Pantai Pink. Selain itu tidak adanya penginapan di kawasan ini.

Spot menarik untuk melihat Pantai Pink itu bisa dilihat dari atas bukit sisi sebelah kiri dari jalan masuk. Pengunjung harus mendaki ke atasnya dengan dua jalur, yakni jalur dari belakang warung dan melewati jalan setapak berkarang.

Sesampainya di atas, pengunjung bisa melihat keindahannya dengan warna pink di pantai bercampur air laut yang tenang dengan warna biru tua dan biru muda, sehingga menghasilkan nuansa indah yang tiada duanya.

Hanya keheningan yang terasa di sana membuat pengunjung rela berlama-lama di pantai yang jauh dari keramaian tersebut.

Dari atas bukit itu juga pengunjung bisa melihat Pantai Pink II yang sepi dari pengunjung karena memang tidak berwarna pink, namun pasirnya itu yang membuat pengunjung tergoda untuk segera mengambil gambar dari kamera atau telepon selulernya.

Seorang nelayan di Pantai Pink, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.DWI LASKAR PELANGI Seorang nelayan di Pantai Pink, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
"Biasanya kalau ingin melihat pantai berwarna pink, bagusnya datang antara tanggal 16, 17 sampai 18. Itu sudah rutin. Apalagi berpadu dengan matahari terbit. Khususnya pada pagi hari," kata Abdullah.

Pengunjung juga bisa melihat biota laut dengan snorkeling atau diving. Untuk snorkeling tersedia penyewaan alat sekitar Rp 100.000 atau sewa perahu yang bisa dibayar bersama-sama dengan pengunjung lainnya sebesar Rp 350.000.

Hanya sayang segudang potensi keindahan di Pantai Pink tidak dibarengi dengan kondisi sarana dan prasarana yang memadai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com