Tanggal 12 Desember 1992 memang menjadi malapetaka bagi pria bernama asli Viktor Emanuel Rayon itu. Rumah dan barang-barangnya hancur lebur oleh guncangan gempa serentak sapuan gelombang tsunami.
Babah Akong dan keluarganya selamat, tetapi harta yang tersisa hanyalah pakaian di badan.
Waktu itu dia bekerja sebagai pedagang sekaligus nelayan. Karena menjadi pedagang itulah dia dipanggil “Babah”. Apalagi dia keturunan Tionghoa.
Kejadian tersebut lantas memberikannya kesadaran baru. Tanaman bakau harus banyak ditumbuhkembangkan. Meskipun dia masih berjualan ikan, urusan bisnis rupanya tak lagi terbersit dalam kepalanya.
Sebagian hasil penjualan ikan malah digunakan untuk mendatangkan anakan-anakan bakau.
“Kalau saya pikir-pikir lagi, kapal dan bahan jualan saya tidak punya arti sama sekali dibandingkan nyawa keluarga kami. Syukur Tuhan masih pelihara kami waktu itu,” katanya.
Dia benar-benar tak mau pindah dan mendedikasikan diri secara total untuk menata ulang wilayah pantai Ndete, pesisir laut Flores tersebut. "Sebuah usaha yang gila," ujarnya mengenang pembicaraan orang-orang waktu itu. Namun, dia tak peduli sama sekali.
Anakan-anakan bakau segera ditanamnya. Dia yakin, suatu saat bakau-bakau itu bakalan jadi penjaga pantai di daerahnya. Bakau memang memiliki sistem perakaran yang kuat guna menahan masuknya air laut sekaligus menjaga stabilitas garis pantai.
Saya dan Babah Akong melewati sebuah jembatan bambu yang membelah hutan tersebut. Keberadaan jembatan ini memudahkannya untuk mengontrol tanaman-tanamannya. Jembatan ini mengarah langsung ke tepi pantai.
“Hari ini mau lihat dulu bibit yang saya baru tanam kemarin,” kata Babah Akong menyampaikan rencana. Saya mengikutinya saja. Di kiri dan kanan kami, rimbunan pohon bakau berjejer rapi.
Area itu memiliki luas 70 hektar dan Babah Akong tak pernah luput menyisir tiap titiknya.
"Mereka ini harus saya kawal terus. Saya tidak pernah mengeluh. Siang dan malam saya hidup untuk mereka,” ujarnya.
Bahkan, dia mengenal baik bakau-bakaunya. Entah penandanya apa, hanya dia sendiri yang tahu.