Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Panjang Sawalunto, dari Kota Arang sampai Kota Wisata

Kompas.com - 27/06/2019, 12:23 WIB
Sherly Puspita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat ini Sawahlunto yang terletak di Provinsi Sumatera Barat telah ditetapkan sebagai salah satu di antara 44 nominasi destinasi untuk daftar Situs Warisan Dunia UNESCO 2019.

Padahal kota yang dulu dikenal sebagai kota arang ini sempat disebut kota mati. Hal ini terjadi karena batubara di Sawahlunto dianggap sudah hampir habis. Padahal ekonomi Sawahlunto tergantung pada pertambangan batubara.

Baca juga: Sawahlunto Diusulkan Jadi Situs Warisan Dunia sejak 4 Tahun Lalu

Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Oni Yulvian, mengatakan perlu waktu hingga 16 tahun untuk mengubah Sawahlunto menjadi kota wisata.

"Itu sekitar 15-16 tahun yang lalu, saat itu walikotanya Almarhum Pak Amran (Sawahlunto Amran Nur). Beliau punya visi bahwa Kota Sawahlunto tidak bisa bertahan kalau memang tidak ada sektor lain yang mendukung perekonomian kota itu setelah ditinggal oleh batubara. Jadi batubara itu sudah tidak layak lagi untuk ditambang," paparnya ketika dihubungi KompasTravel, Rabu (26/6/2019).

Oni melanjutkan, saat itu Amran merasa tertantang untuk mengembangkan basis ekonomi Sawahlunto di sektor pariwisata.

Kota Sawahlunto di Provinsi Sumatera Barat.Shutterstock Kota Sawahlunto di Provinsi Sumatera Barat.

Mulai tahun 2003, Sawahlunto pun mulai dipromosikan sebagai Heritage City, kota peninggalan kolonial Belanda yang dahulu terkenal sebagai pusat pertambangan.

"Salah satu yang bisa dikembangkan tanpa dana yang terlalu besar dan waktu yang lama, serta berkelanjutan adalah pariwisata. Makin dia lestarikan peninggalan sejarah itu makin bernilai dia dari sisi pariwisata," kata Oni.

Baca juga: 5 Fakta Seputar Sawahlunto yang Masuk Nominasi Situs Warisan Dunia

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Sawahlunto, Efriyanto mengatakan, lambat laun kunjungan wisata ke Sawahlunto cukup stabil.

Kemudian pihaknya mulai memproses pengajuan Sawahlunto sebagai situs warisan dunia UNESCO sejak sekitar 4 tahun lalu, atau sekitar tahun 2015.

Efriyanto mengatakan, ini adalah pengajuan pertama yang dilakukan pemerintah daerah setempat. Ia berharap tahun ini Sawahlunto benar-benar ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Wisatawan memasuki Lubang Mbah Suro yang merupakan salah satu peninggalan kegiatan tambang batubara di Sawahlunto, Sumatera Barat, Sabtu (30/5).KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA Wisatawan memasuki Lubang Mbah Suro yang merupakan salah satu peninggalan kegiatan tambang batubara di Sawahlunto, Sumatera Barat, Sabtu (30/5).

Menurut Efriyanto, kelestarian benda cagar budaya menjadi keunggulan Sawahlunto.

Meski demikian, dalam proses pendaftaran ini pihaknya melakukan berbagai upaya tambahan. Pemerintah daerah setempat melakukan perbaikan-perbaikan dari segi aksesbilitas, amenitas dan atraksi wisata.

Dari segi akses pemerintah Kota Sawahlunto bekerjasama dengan pemerintah provinsi. Kemudian dari segi amenitas pemerintah Kota Sawahlunto melakukan perbaikan-perbaikan fasilitas umum.

"Yang terakhir itu atraksi wisata sebagai kunci dari keberhasilan wisata kami tingkatkan dan kami maksimalkan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com