JAKARTA, KOMPAS.com - Desa Citorek yang berada di Kabupaten Lebak, Banten, baru-baru ini viral di sosial media. Desa yang termasuk dalam Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) ini viral karena menawarkan panorama indah layaknya di atas awan.
Tempat ini pun diberi julukan Negeri di Atas Awan yaitu sebuah kawasan di puncak Gunung Luhur. Negeri di Atas Awan Gunung Luhur ini memiliki ketinggian 901 mdpl (meter di atas permukaan laut).
Baca juga: Belum Siap Jadi Obyek Wisata, Pengunjung Negeri di Atas Awan Banten Keburu Membludak
Hamparan awan ini tidak selalu muncul setiap saat, biasanya muncul di 05.30 hingga pukul 08.00 WIB.
Usai viral di media sosial, pengunjung ke obyek wisata Gunung Luhur membludak. Pada akhir pekan kemarin, jumlah wisatawan yang datang mencapai 30.000 orang.
Jumlahnya melebihi kunjungan pada pekan-pekan sebelumnya, ditandai dengan muncul macet beberapa kilometer sebelum puncak. Kondisi ini membuat banyak wisatawan yang gagal menuju puncak di ketinggian. Mereka yang awalnya ingin menikmati hamparan awan harus gigit jari bahkan putar balik kendaraan.
Baca juga: Negeri di Atas Awan Dikeluhkan Macet dan Berdebu, Ini Penjelasan Pengelola
Beberapa video yang viral menunjukkan jalan menuju ke puncak masih belum beraspal. Kondisi jalan bertanah yang dipadati kendaraan pun membuat udara menjadi berdebu.
Menurut Desta, salah satu perwakilan Generasi Pesona Indonesia (GENPI) Lebak, Negeri di Atas Awan Lebak Banten bisa dikunjungi dengan naik kendaraan pribadi maupun transportasi umum.
Jika dengan kendaraan pribadi, kamu perlu mewaspadai beberapa titik karena ada beberapa jalanan yang masih dalam pembangunan.
“Untuk jalan menuju lokasi. Sudah dalam pembangunan jalannya di-cor oleh pemerintah daerah. Namun ada beberapa titik yang harus diwaspadai,” kata Desta saat dihubungi oleh Kompas.com, Sabtu (22/9/2019).
Baca juga: Negeri di Atas Awan Gunung Luhur, Ditemukan, Viral, hingga Pengunjung Membeludak
Rintangan pertama yakni jalan kecil sekitar 2 kilometer di depan Pesantren Lasanta, yang terdapat aliran irigrasi. Rintangan kedua adalah beberapa tanjakan yang curam, berbatu dan memiliki belokan langsung.
Rintangan ketiga yakni jalan melandai sepanjang satu kilometer sebelum lokasi Gunung Luhur, ditambah kondisi tanah masih tanah berbatu karena adanya pemadatan tanah.
“Kalau jalan rusak ada di beberapa spot aja. Itu karena masih pembangunan,” ujar Desta.