Diperkirakan kebudayaan yang ada di kawasan ini sudah berumur sekitar 30.000 tahun. Kawasan ini merupakan rumah bagi Suku Nduga, Suku Dani, Suku Amungme, Suku Sempan, dan Suku Asmat. Kebudayaan yang dimiliki suku-suku di sini sangat beragam dan menarik.
Misalnya, Suku Asmat terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya. Suku tersebut juga identik dengan hutan dan pohon.
Bagi mereka, pohon melambangkan tubuh manusia, dengan dahan sebagai lengan, batang sebagai tubuh, dan buah sebagai kepala.
Berbagai hal yang terdapat di TN Lorentz ini bisa kamu nikmati lewat berbagai kegiatan. Misalnya pertunjukan kehidupan liar, pendakian Puncak Jaya disebut juga Carstensz Pyramid, dan atraksi budaya.
Pengunjung bisa berburu foto di sana dengan pemandangan alam yang indah.
Baca juga: 5 Wisata Alam Manokwari dan Papua Barat yang Bikin Jatuh Cinta
Tak hanya itu saja, ada juga Festival Lembah Baliem yang bisa kamu datangi. Festival ini merupakan acara perang antarsuku Dani, Lani, dan Yali. Dalam festival ini, kita bisa melihat simulasi perang dan pertunjukan tarian khas suku mereka.
Festival ini diadakan setiap bulan Agustus dan biasanya bertepatan dengan perayaan Kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu, waktu berkunjung yang tepat di antaranya adalah saat adanya festival ini yaitu di bulan Agustus.
Untuk bisa mencapai TN Lorentz ini memang masih agak sulit. Salah satu jalur yang bisa ditempuh adalah melalui Timika. Dari sana, kamu bisa menggunakan pesawat perints untuk menuju Kabupaten Panilia yang berada di bagian utara TN Lorentz.
Setelahnya, kamu harus menempuh perjalanan melalui jalur laut menuju pelabuhan Sawa Erma dan kemudian berjalan kaki ke beberapa lokasi.
Sementara dari Kota Wamena, kamu bisa mencapai bagian selatan taman nasional menggunakan mobil ke Danau Habema kemudian berjalan kaki ke Puncak Trikora.
Bagi kamu yang ingin berwisata ke kawasan ini, pastikan keadaan fisik cukup kuat. Pasalnya medan TN Lorentz masih terbilang murni dan tidak terprediksi keadaannya.
Selain itu terdapat juga pegunungan dengan medan yang cukup berat. Sehingga dibutuhkan fisik yang kuat untuk bisa menempuh medan di kawasan tersebut.
Baca juga: 4 Jenis Olahan Sagu dari Raja Ampat, Papua. Bukan Cuma Papeda
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.