Tiba di lantai paling atas, yaitu tempat pemantauan kapal. Lantai ini memiliki lukisan yang menggambarkan bahwa pada masa kolonial, orang-orang Indonesia memantau kapal dengan berpakaian dan menggunakan sarung.
Orang-orang Indonesia pemantau kapal tersebut dulu disebut dengan Ki Demang atau kepala distrik, wedana pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda.
"Siap Meneer, kami siap standby. Ini pada tahun 1920-an, ketika Belanda masih menguasai area ini," ujar Amaruli.
Amaruli juga menambahkan, jika dalam tugasnya, Demang tidak boleh meninggalkan pantauan. Ia harus selalu fokus pada kapal-kapal yang lalu lalang dalam jalur perdagangan keluar masuk Kota Batavia.
Selain itu, kami juga diajak melihat pemandangan sekeliling area Menara Syahbandar, mulai dari Tugu Pantura, Jembatan, bioskop pertama, dan Museum Bahari.
Terkait kapasitas pengunjung, Amaruli mengatakan setiap pengunjung bisa sampai lantai paling atas menara, asalkan berjumlah maksimal 30-35 untuk anak sekolah, dan pengunjung dewasa, 20-25 orang.
"Kalau kebanyakan kan ini bangunan kuno, tangga kayu juga, kita antisipasi. Jadi kalau ada pengunjung membeludak, pasti kami bagi kelompok," tambah Amaruli.
Setiap pengunjung Museum Bahari juga bisa sekalian berkunjung ke Menara Syahbandar.
"Itu merupakan satu paket, jadi kalau sudah beli tiket masuk Museum Bahari, ya bisa juga lanjut ke Menara Syahbandar," katanya.
Harga tiket masuk Museum Bahari yaitu Rp 5.000 untuk dewasa, Rp 3.000 untuk mahasiswa, dan Rp 2.000 untuk anak-anak. Museum buka setiap hari Selasa sampai Minggu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.