Menurutnya, umat Islam di Norwegia juga tidak kesulitan mencari kurma karena dijajakan di toko-toko Timur Tengah, Asia.
"Toko-toko itu juga kan kadang menjual makanan Indonesia. Tapi kalau buah misalnya ingin bikin sop buah ya kita beli bahan stoknya yaitu buah di supermarket lalu kita olah sendiri di rumah," ungkapnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Ustadz Abdillah Suyuthi yang saat ini menetap di Oslo, Norwegia.
Ia yang berada di Norwegia sejak tahun 2006 mengaku betah berada di sana karena masakan Indonesia yang selalu dibuat oleh istrinya.
"Ya Alhamdulillah istri saya orang Indonesia, yang mempunyai skill untuk masak masakan Indonesia. Jadi ya pasti menu buka puasa kami selalu masakan Indonesia, ini juga yang buat saya betah, krasan ada di sini," kata Suyuthi, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).
Suyuthi mengaku tahun ini merupakan tahun ke-15 ia merasakan Ramadhan di Norwegia. Ia juga menceritakan awal dirinya kebingungan menentukan kapan waktu shalat maghrib dan berbuka puasa di sana.
"Saya shock waktu itu kan bulan Agustus 2006, lalu saya lihat jadwal dari maghrib. Saya bingung, lah kapan maghribnya? Sudah ngantuk begini.
Saya waktu itu di Trondheim yang mana 500 kilometer ke utara dari Oslo, jadi lebih panjang siangnya. Waktu itu hampir kira-kira jam 23.00 maghribnya," kenangnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.