Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati Jika Pariwisata Indonesia Dibuka, Benahi Dulu Daya Saingnya

Kompas.com - 02/06/2020, 14:09 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyatakan sektor pariwisata akan dibuka kembali menyusul rencana pemerintah untuk menerapkan fase New Normal di tengah pandemi Covid-19.

Namun, daerah wisata yang akan dibuka adalah daerah yang telah siap menerapkan protokol kesehatan, dan sudah mengalami penurunan kurva Covid-19.

Baca juga: Ini Syarat dari Jokowi agar Sektor Pariwisata Bisa Beroperasi di Kala Pandemi

Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari mengatakan, sebelum kembali dibuka, pariwisata wajib membenahi diri terutama kelemahan daya saing yang telah dialami pariwisata Indonesia sebelum Covid-19 melanda.

"Kita harus berbenah diri mulai dari internal, atas kelemahan kita yaitu daya saing kita yang sangat mendasar selama ini, yaitu health and hygiene termasuk sanitation, serta safety and security tourism," kata Azril saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/5/2020).

Menurutnya, memperbaiki kelemahan pariwisata yang mendasar dapat menjadi peluang agar pariwisata bisa buka dan bangkit kembali.

Baca juga: Buka Pariwisata di Tengah Pandemi, Kebijakan Berisiko yang Tetap Diambil...

Ia mengatakan pemerintah harus fokus dalam kedua hal tersebut sehingga kemudian dapat melakukan promosi bahwa destinasi pariwisata Indonesia sudah siap dengan standar kesehatan dan higienitas, keselamatan dan keamanan.

Azril menambahkan kedua hal tersebut harus pula berdasarkan standar internasional World Health Organization (WHO).

Ilustrasi Pariwisata IndonesiaDokumentasi Biro Komunikasi Kemenparekraf Ilustrasi Pariwisata Indonesia
Wisnus dulu, baru wisman

Ia setuju dengan pernyataan Presiden Jokowi yang meminta pariwisata fokus untuk menarik kunjungan wisatawan nusantara terlebih dahulu di masa pandemi, sebelum menarik wisatawan mancanegara.

Selain itu, ia menekankan pemerintah dan industri pariwisata harus fokus pada daya tarik atau keunikan yang mengarah pada kearifan lokal masing-masing destinasi.

Baca juga: Daya Saing Pariwisata Indonesia Masih Rendah, Bisakah Pariwisata Melonjak?

"Selama ini, hal ini tidak menjadi perhatian kita. Destinasi yang dikembangkan dianggap sama saja sebagai Bali Baru termasuk 10 KEK dan 5 Destinasi Super Prioritas, yang semuanya berskala besar. Oleh karena itu, segera lakukan evaluasi terhadap destinasi Bali Baru tersebut. Fokus pada daya tarik otentik local wisdom," jelasnya.

Azril juga menyoroti perubahan target pariwisata yang mengarah pada wisata berkualitas, tidak lagi dengan kuantitas atau mass tourism.

"Tapi pada kualitas berupa nilai yang akan kita terima misalnya, berapa persen kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB, berapa persen penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata terhadap nasional," terangnya.

Baca juga: Pariwisata Dibuka Lagi, Jokowi: Fokus ke Wisatawan Domestik

Pemerintah juga diminta agar dapat membangun dengan segera optimistik dan kepercayaan dunia agar mau kembali berwisata ke Indonesia.

Krisis jadi peluang

Setelah hal-hal mendasar tersebut diterapkan, maka menurut Azril, pariwisata Indonesia bisa mentransformasikan krisis Covid-19 menjadi peluang pariwisata.

Ilustrasi Pariwisata IndonesiaDokumentasi Biro Komunikasi Kemenparekraf Ilustrasi Pariwisata Indonesia
Namun, ia justru meragukan apakah pemerintah mampu memanfaatkan krisis menjadi peluang. Hal ini ia utarakan karena melihat konektivitas antar sistem pariwisata sudah terputus selama pandemi.

"Sedangkan price sensitivity wisatawan sangat rentan atas perubahan yang ada selama pandemi dan dapat dipastikan harga akan semakin mahal, karena physical distancing sehingga carrying capacity setiap destinasi terpaksa harus dibatasi," ungkapnya.

Ia pun meyakini bahwa keseimbangan kemampuan berbelanja dari wisatawan akan semakin terbatas dan cenderung menurun.

Hal tersebut yang menurutnya, akan menjadikan wisatawan terpaksa menuntut berwisata dalam kelompok lebih kecil demi keamanan dan keselamatan mereka.

"Apakah hal ini telah disadari oleh pemerintah? Hati-hati pariwisata dibuka lagi, kalau yang dasar saja belum mampu kita mengatasinya. Artinya, selama krisis pandemi Covid-19 kita harus berbenah diri atas kesalahan dan kelemahan kita selama ini," tekan Azril.

Ia pun juga menyoroti bahwa kurva melandai bukan berarti Covid-19 telah usai di Indonesia. Ia berharap pemerintah harus tetap memperhatikan keberadaan virus yang masih ada, terutama ketika pariwisata kembali dibuka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

Jalan Jalan
Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Travel Update
6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com