Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa di Masyarakat Jawa Ada Ritual Mencuci Benda Pusaka Saat Bulan Suro?

Kompas.com - 20/08/2020, 20:32 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memasuki pergantian tahun baru Islam atau tahun baru Jawa, ada tradisi yang biasa dilakukan pihak Keraton, seperti Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta.

Salah satu tradisinya adalah mengadakan acara kirab pusaka yang bisa disaksikan langsung oleh masyarakat umum atau wisatawan.

Selain itu, ada juga tradisi lain yang lebih utama, yaitu mencuci benda pusaka atau dalam bahasa Jawa disebut jamasan pusaka.

Lalu, mengapa kegiatan mencuci pusaka selalu dilakukan bertepatan dengan masuknya bulan Suro dan menjadi tradisi Jawa?

Baca juga: Kirab Pusakadalem di Pura Mangkunegaran Ditiadakan karena Pandemi

Menurut Sekretaris Tepas Museum Keraton Yogyakarta RA Siti Amieroel N, ritual mencuci benda pusaka atau jamasan pusaka ini selalu dilakukan oleh Keraton pada saat memasuki tahun baru Jawa.

"Mencuci pusaka itu dilakukan bukan pas Satu Suro-nya, tapi pas bulan Suro. Maksudnya kan awal tahun, jadi diharapkan tahun yang akan datang itu kan menjadi lebih baik," kata Amieroel saat dihubungi Kompas.com, Kamis (20/8/2020).

Ritual jamasan pusaka tersebut memiliki makna agar seseorang dapat membersihkan dirinya guna menyambut masa yang akan datang, yaitu tahun baru.

KerisShutterstock Keris

Lanjutnya, ritual tersebut tidak bisa dilihat oleh masyarakat umum atau wisatawan. Artinya, ritual ini dilakukan secara tertutup oleh pihak Keraton.

Benda pusaka dianggap sakral

Pencucian benda pusaka atau jamasan pusaka itu sudah menjadi ritual Keraton setiap bulan Suro. Alasannya, benda pusaka tersebut dianggap sakral, sehingga harus dipelihara dan dirawat.

Amie menjelaskan, orang Jawa melihat benda pusaka sebagai visualisasi dari laki-laki yang artinya imam atau pemimpin.

"Nah, salah satu visualisasi itu adalah keris atau pusaka. Kalau pusakanya itu terawat dengan baik, tentu dia akan berakhlak baik, kalau pusakanya tidak pernah dirawat, tentu sebaliknya," ujar dia.

Baca juga: Sejarah, Peraturan Unik, dan Wisata Keraton Yogyakarta

Amie melanjutkan, benda pusaka itu dapat diartikan sebagai penggambaran diri seseorang. Oleh karena itu, harus selalu dirawat dengan cara dicuci setiap pergantian tahun.

Rangkaian ritual jamasan pusaka, seperti apa?

Menurut Amie, rangkaian ritual diawali berdasarkan titah Raja Yogyakarta, yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Pusaka tombok yang dikeluarkan dalam kirab malam satu Sura Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah, Senin ( 10/9/2018) malam.KOMPAS.com/Labib Zamani Pusaka tombok yang dikeluarkan dalam kirab malam satu Sura Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah, Senin ( 10/9/2018) malam.

Untuk waktunya, biasa dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 atau 10.00, tetapi tergantung titah raja. Tahun ini, rencananya jamasan pusaka akan diadakan pada 1 September mendatang.

Benda-benda pusaka yang dicuci seperti keris dan benda pusaka lainnya yang berada di Keraton. Adapun benda-benda pusaka ini memiliki kelas-kelas tersendiri.

"Jadi yang kelas VVIP itu harus dicuci langsung oleh Sultan. Namun, benda lainnya yang mencuci banyak sekali, tergantung kedudukan seseorang nanti ditentukan akan mencuci benda pusaka kelas mana," jelasnya.

Jamasan pusaka di Mangkunegaran

Selain di Keraton Yogyakarta, jamasan pusaka juga dilakukan di Pura Mangkunegaran, Surakarta.

Sama seperti Keraton Yogyakarta, pihak Mangkunegaran akan mengadakan ritual ini setiap memasuki bulan Suro.

Baca juga: Cerita di Balik Peringatan Malam 1 Suro

"Dilakukan pada bulan Suro. Kalau malam Satu Suro biasanya masih fokus pada pelaksanaan kirab dan wilujengan," kata Abdi Dalem Bagian Pariwisata dan Museum Pura Mangkunegaran, Joko Pramudya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (20/8/2020).

Ia menerangkan, malam Satu Suro bagi masyarakat Jawa sudah berlangsung sejak berabad-abad lamanya.

Ia mengaku tak bisa menjelaskan terlalu banyak seputar jamasan pusaka oleh karena ritual ini memang tidak boleh disebarluaskan ke khalayak umum.

Perayaan Satu Suro di Mangkunegaran

Penyambutan tahun baru Jawa atau bulan Suro memang tidak lepas dari kegiatan-kegiatan untuk introspeksi diri yang dikaitkan dengan perbuatan masa lalu.

Suasana Kirab Pusakadalem di Pura Mangkunegaran, tahun 2019.www.puromangkunegaran.com Suasana Kirab Pusakadalem di Pura Mangkunegaran, tahun 2019.

Tradisi bulan Suro dianggap sebagai upaya untuk menemukan jati diri agar selalu tetap eling lan waspada dari mana sangkat paraning dumadi (harus tetap ingat siapa diri kita dan dari mana kita berasal).

Oleh karena itu, bulan Suro merupakan awal tahun Jawa yang oleh masyarakatnya dianggap sebagai bulan yang sakral atau bulan suci.

Pada malam Satu Suro, di Pura Mangkunegaran Surakarta dilakukan kirab pusaka mengelilingi tembok luar sebanyak satu kali yang dilakukan oleh keluarga, sentono, narapraja, abdi dalem, dan kerabat besar Mangkunegaran, serta masyarakat luas.

Baca juga: 7 Tradisi Unik Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram di Indonesia

Sementara itu, jamasan pusaka di Pura Mangkunegaran merupakan tradisi merawat atau memetri warisan dari para leluhur.

Pusaka ini banyak mengandung makna karena pusaka itu merupakan buah hasil karya cipta yang memiliki falsafah kehidupan, kearifan, sumber inspirasi, dan motivasi kehidupan.

"Ini sudah turun-temurun dilakukan. Benda pusaka itu dipelihara dengan cara dijamasi atau dicuci, dibersihkan. Jadi memang itu sudah sebagai perlambang keyakinan kami," kata Joko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Travel Update
Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Travel Update
6 Hotel Dekat Beach City International Stadium Ancol, mulai Rp 250.000

6 Hotel Dekat Beach City International Stadium Ancol, mulai Rp 250.000

Hotel Story
4 Hotel Dekat Pantai di Cilacap, Tarif Rp 250.000-an

4 Hotel Dekat Pantai di Cilacap, Tarif Rp 250.000-an

Hotel Story
5 Wisata Air Terjun di Karanganyar, Ada Ngargoyoso dan Jumog

5 Wisata Air Terjun di Karanganyar, Ada Ngargoyoso dan Jumog

Jalan Jalan
Pengalaman ke Desa Wisata Koto Kaciak, Coba Panen Madu Lebah Galo-Galo

Pengalaman ke Desa Wisata Koto Kaciak, Coba Panen Madu Lebah Galo-Galo

Jalan Jalan
BaliSpirit Festival 2024 Targetkan Partisipasi 3.000 Turis Asing

BaliSpirit Festival 2024 Targetkan Partisipasi 3.000 Turis Asing

Travel Update
Sertifikasi Halal di 3.000 Desa Wisata Dipercepat hingga Oktober 2024

Sertifikasi Halal di 3.000 Desa Wisata Dipercepat hingga Oktober 2024

Travel Update
5 Pantai di Cilacap, Cocok Jadi Lokasi Healing dan Surfing

5 Pantai di Cilacap, Cocok Jadi Lokasi Healing dan Surfing

Jalan Jalan
Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com