KOMPAS.com – Ketua Visit Wonderful Indonesia (VIWI) Board Hariyadi Sukamdani menyatakan bahwa tempat wisata belum tentu jadi penyebab kenaikan kasus positif Covid-19 dalam beberapa hari terakhir ini.
“Harus dilacak dia dari mana. Tadi pak Tony (Sumampau) menyebut dari kantor juga klasternya banyak. Atau saat dia berinteraksi di ruang publik yang bukan tempat wisata,” kata Hariyadi konferensi pers online “Sikap Pelaku Pariwisata Atas Berakhirnya Secara De Facto PSBB Transisi di Jakarta”, Senin (16/11/2020).
Sebelumnya, libur panjang pada akhir Oktober 2020 digadang jadi salah satu penyebab naiknya jumlah kasus positif Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir.
Baca juga: Ribuan Wisatawan di Bogor Ikut Rapid Test Selama Libur Panjang
Dilansir Kompas.com, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa salah satu sebab adanya jumlah kasus harian lebih dari 5.000 kasus dalam beberapa waktu terakhir adalah belum optimalnya strategi pengendalian virus corona di Indonesia.
“Tidak hanya masalah 3T, tapi juga dalam mencegah dan mengendalikan keramaian-keramaian, mobilisasi massa, di antaranya ya libur panjang dan demo,” kata dia, Sabtu (14/11/2020).
Menurut Dicky, sekitar satu bulan setelah demo, libur panjang dan terjadi peningkatan di atas 5.000 kasus adalah keadaan yang sangat wajar dan bisa diprediksi.
Protokol ketat di tempat wisata
Hariyadi berpendapat bahwa libur panjang memang mungkin jadi penyebab naiknya jumlah kasus positif. Namun, tempat terjadinya infeksi belum tentu di tempat wisata. Pasalnya, para wisatawan tersebut banyak berinteraksi di ruang publik selain tempat wisata.
Direktur Utama Taman Safari Tony Sumampau dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa protokol kesehatan yang dilakukan di tempat-tempat wisata miliknya dipastikan sudah sangat ketat.
Selain itu tempat-tempat wisata juga tidak memperbolehkan anak-anak di bawah usia 9 tahun dan lansia di atas 60 tahun untuk masuk ke dalam kawasan wisata.
Belum lagi kapasitas pengunjung, khususnya untuk kawasan wisata di DKI Jakarta yang hanya diperbolehkan berjumlah 25 persen saja.
Baca juga: Wisatawan ke Jabar Capai 79.000 Saat Libur Panjang, Wisata Alam Jadi Favorit
Menurut dia, walaupun protokol tersebut sangat memberatkan tapi tetap dijalankan oleh tempat-tempat wisata. Apalagi hingga kini, belum ada bukti bahwa Covid punya klaster yang terjadi di taman rekreasi.
“Tempat wisata sangat ketat ya. Masyarakat kita kalau ditanya berwisata di tempat-tempat yang bisa kontrol itu pasti kita akan tegakkan protokol tersebut,” terang Hariyadi.
Meski begitu, ia melanjutkan bahwa jika ada kenaikan kasus dampak dari libur panjang, harus dicari tahu dari mana asal atau klaster itu karena kemungkinan terpapar cukup luas.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.