Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gereja Ganjuran Bantul, Salah Satu Wisata Religi di Yogyakarta

Kompas.com - 28/03/2021, 19:07 WIB
Markus Yuwono,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

Selesai beribadah, pengunjung bisa membeli buah tangan di unit usaha Panti Asuhan Santa Maria.

Baca juga: Itinerary Seharian Wisata di Bantul, Bisa Sandboarding

 

Mulai dari pernak pernik hingga makanan atau minuman bisa dibeli. Selain itu toko-toko di sekitar gereja pun menyediakan pernak-pernik gereja atau makanan tradisional. 

Salah seorang peziarah asal Gunungkidul Maria Amelia mengakui berdoa dan berziarah di kawasan Gereja HKTY Ganjuran memiliki keuinikan tersendiri. Selain tenang, nuansa Jawa terpancar dari situasi dalam komplek Gereja.

"Nyaman berdoa di sini. Biasanya tempat ziarah (Katolik) kan gua, di sini candi," kata dia.

Sejarah Singkat Gereja Ganjuran

Dikutip dari gerejaganjuran.org, Sejarah berdirinya Gereja dan Candi Ganjuran merupakan prakarsa dari keluarga Schmutzer dan merupakan gereja Katolik pertama yang didirikan di kabupaten Bantul.

Berawal dari kebutuhan tempat ibadah bagi para karyawan pabrik gula dan masyarakat sekitar Ganjuran mendorong dibangunnya sebuah gedung gereja.

Schmutzer memiliki keinginan membuat sebuah gereja dengan corak Jawa. Oleh karena itu, Schmutzer meminta izin kepada Tahtah Suci untuk membangun gereja dengan corak Jawa.

Namun, hanya patung Altar Jawa dan patung Hati Kudus yang disetujui oleh Tahtah Suci. Bangunan gereja masih menggunakan gaya bangunan Belanda.

 

Terdapat sebuah relief pada altar yang menggambarkan pepohonan, bunga, tiga burung pemakan bangkai, dan dua rusa yang sedang minum dari sumber air yang memancarkan tujuh aliran air. Ada pula dua patung malaikat dengan corak Jawa dalam posisi menyembah. 

Kemudian, ada dua relief di kanan dan kiri gereja dengan bentuk relief Hati Kudus Yesus dan relief Ibu Maria. Relief Hati Kudus Yesus digambarkan sebagai Raja Jawa yang bertahta di singgasana.

Relief Ibu Maria digambarkan sebagai Ratu Jawa yang sedang menggendong bayi Yesus yang masih kecil.

Baca juga: Gereja Ganjuran, Bentuk Indah Akulturasi Jawa, Hindu-Buddha, dan Eropa

Pembangunan gereja berhasil diselesaikan pada tanggal 16 April 1924. Lalu pada 20 Agustus 1924, Vicaris Apostolik Batavia Mgr J M van Velsen hadir di Ganjuran untuk memberkati altar. Tiga tahun setelah gereja berdiri dibangunlah candi kecil di sekitar gereja. 

Tahun 1934-1940 merupakan masa persiapan menjadi sebuah Paroki yang diperjuangkan pastor A. Soegijapranata dan pastor A. Elfrank. Namum baru resmi menjadi sebuah Paroki pada tahun 1940 dengan pastor A. Soegijapranata sebagai Pastor Paroki yang pertama.

Bangunan gereja lalu tidak lagi mampu menampung umat yang makin banyak. Pada 1942, dilakukan perluasan gedung ke arah barat dengan panjang 15 meter oleh pastor A. Soegijapranata.

Pada tahun 1948, pabrik gula Gondang Lipuro serta seluruh perumahan orang Belanda dan gudang-gudang yang terletak di Ganjuran dan sekitarnya dihancurkan.

Baca juga: Meski Pandemi, Pendapatan Pariwisata Bantul Tahun 2020 Lebihi Target

 

Hal ini karena kedatangan pasukan sekutu untuk mengusai Indonesia kembali yang dikenal dengan istilah Clash II. Namun, gereja, candi, rumah sakit, dan sekolah-sekolah tidak dihancurkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com